CakapCakap – Cakap People! COVAX, jaringan berbagi vaksin global, membutuhkan seperangkat aturan baru dalam jangka panjang untuk mencegah penimbunan vaksin oleh negara-negara berpenghasilan tinggi dan produsen vaksin. Demikian disampaikan penasihat senior untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada hari Jumat, 10 Desember 2021.
COVAX, yang dipimpin bersama oleh WHO dan Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI), menderita karena negara-negara berpenghasilan tinggi menggunakan daya beli mereka untuk mengarahkan aliran vaksin, sementara negara-negara manufaktur memprioritaskan distribusi domestik, kata Bruce Aylward, Penasihat Senior Direktur Jenderal WHO, Reuters melaporkan.
“Anda tidak dapat memvaksinasi satu bagian dunia dan kemudian membuat negara-negara berpenghasilan rendah menunggu,” katanya kepada media di sela-sela pertemuan jalur keuangan G20 di Bali, Indonesia.
COVAX sejak Januari telah mengalokasikan sebagian besar dosis vaksin COVID-19 secara proporsional di antara lebih dari 140 negara penerima sesuai dengan ukuran populasi. Pada bulan Oktober, WHO mengatakan akan mendistribusikan suntikan hanya ke negara-negara dengan tingkat cakupan terendah.
Aylward meminta produsen vaksin lebih transparan.
“Produsen harus mengatakan berapa banyak vaksin yang akan dikirim ke siapa, dan kapan. Jika kami tidak memiliki informasi itu, kami tidak dapat merencanakan dengan baik,” katanya.
Pada hari Rabu, WHO mengatakan rawat inap yang disebabkan oleh varian Omicron yang sangat menular dari COVID-19, yang terdeteksi di 57 negara, kemungkinan akan meningkat seiring penyebarannya.
“Banyak orang mengatakan (Omicron) tidak menyebabkan banyak kematian. Kami tidak tahu itu,” kata Aylward.
“Ini adalah virus yang sangat baru, belum banyak dilakukan pengurutan yang memberi tahu kita keseriusan penyakit ini”.