CakapCakap – Cakap People, sepanjang pekan ini harga batu bara memang tengah melesat. Tentu menjadi kabar yang menggembirakn, namun perlu digariss bawahi untuk jangka menengah atau jangka panjang, sepertinya prospek harga si batu hitam ini tetap agak suram. Di minggu ini harga batu bara naik 3,86% secara point-to-point. Jadi dalam sebulan terakhir, harga naik sebesar 1,48%.
Namun sayangnya, harga komoditas ini terus mengalami penurunan. Selama setahun terakhir, harga batu bara anjlok hingga 19,01%. Jelas ini adalah angka yang sangat mengkawatirkan.
Untuk kedepannya, bukan tidak mungkin harga batu bara terus berada dalam kecenderungan koreksi. Karena dunia tengah mencoba beralih ke sumber energi yang dinilai lebih bersih. BHP, perusahaan tambang batu bara terbesar yang ada di dunia juga sudah merasakan imbasnya. Pada Bulan lalu, BHP mengumumkan rencana mengurangi produksi batu bara termal.
Melansir dari CNCB Indonesia, pada tahun depan produksi batu bara di tambang New South Wales (Australia) milik BHP diperkirakan turun 18% menjadi 15-17 juta ton.
“Penurunan ini bertujuan agar kami bisa fokus ke produk yang lebih berkualitas,” sebut laporan tahunan BHP.
India juga berencana mengurangi impor batu bara. Pada tahun fiskal yang akan berakhir pada Maret 2020 mendatang, India mengimpor 247 juta ton batu bara. 197 juta ton berbentuk batu bara termal.
“Berdasarkan kajian kami, sangat mungkin untuk menurunkan impor batu bara sekitar 110-120 juta ton. Tentu tidak bisa dilakukan tahun ini, tetapi bisa dalam beberapa tahun ke depan,” kata M Nagaraju, Menteri Batu Bara India, seperti dikutip dari media Reuters.
Bank Dunia memperkirakan nantinya harga batu bara berada dalam tren turun. Kalau tahun ini rata-rata harga diperkirakan di US$ 65/ton, maka ditahun 2030 tinggal US$ 60/ton.
“Harga batu bara diperkirakan turun 17% sebelum pulih pada 2021. Penurunan aktivitas karena pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) membuat konsumsi batu bara ikut menurun. Risiko utama bagi komoditas ini adalah seberapa lama pandemi akan berlangsung, yang akan menentukan durasi upaya mitigasi dan resesi ekonomi global,” sebut laporan Bank Dunia