CakapCakap – Cakap People! Pejabat kesehatan di seluruh dunia mendukung vaksin AstraZeneca untuk melawan COVID-19, setelah sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa vaksin tersebut hanya memiliki sedikit efek terhadap penyakit ringan yang disebabkan oleh varian baru yang sekarang menyebar dengan cepat di Afrika Selatan ini menimbulkan kekhawatiran global.
Reuters melaporkan, Senin, 8 Februaru 2021, prospek bahwa varian baru virus corona bisa mengembangkan kemampuan untuk menghindari vaksin adalah salah satu risiko utama yang tergantung pada strategi global untuk keluar dari pandemi dengan meluncurkan vaksin tahun ini.
Afrika Selatan, di mana varian baru sekarang menjadi penyebab sebagian besar kasus di sana, pada awalnya telah mengumumkan penangguhan dalam peluncuran satu juta dosis vaksin AstraZeneca. Tetapi pada hari Senin, 8 Februari 2021, dikatakan bahwa pihaknya masih bisa meluncurkan vaksin tersebut dengan “cara bertahap”, yakni memberikan 100.000 dosis dan memantaunya untuk melihat apakah vaksin mencegah rawat inap dan kematian.
“Terlalu dini untuk menghentikan vaksin ini,” kata Richard Hatchett, CEO dari Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi, sebuah yayasan yang turut memimpin program COVAX global untuk menyediakan dosis vaksin di negara-negara miskin.
Lebih dari 330 juta dosis vaksin AstraZeneca dari sebagian besar dosis yang ditargetkan COVAX akan mulai diluncurkan pada fase pertama di negara-negara miskin yang dimulai secepatnya bulan ini.
“Jelas dunia ini penuh dengan virus tipe liar yang dapat dilawan oleh vaksin Astrazeneca ini,” kata Hatchett.
Profesor Salim Abdool Karim, salah satu ketua Komite Penasihat Kementerian Afrika Selatan untuk COVID-19, mengatakan masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa AstraZeneca tidak akan mencegah penyakit serius yang disebabkan oleh varian yang lazim di sana.
Jika vaksin tidak bekerja dengan baik melawan varian baru virus corona yang berkembang, itu bisa menjadi tanda yang tidak menyenangkan untuk vaksin lain juga, menunjukkan bahwa virus berpotensi menggagalkan upaya para ilmuwan untuk melawannya.
Pesan keseluruhan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lainnya adalah: jangan panik. Beberapa pejabat kesehatan global mencatat bahwa penelitian di Afrika Selatan itu kecil dan vaksin telah diuji dengan menggunakan interval pendek yakni empat minggu antara dosis pertama dan kedua, dan bukti sejak itu muncul bahwa vaksin bekerja lebih baik jika menunggu lebih lama.
Ini menjadi “semakin jelas, semakin lama interval antara dua dosis semakin tinggi kemanjurannya,” kata Kate O’Brien, kepala imunisasi di WHO.
Penyelidik utama pada uji coba Afrika Selatan ini mengatakan kepada Reuters bahwa dia yakin vaksin memiliki peran besar untuk dimainkan di Afrika dan secara global, dan 1 juta dosis vaksin di Afrika Selatan yang akan kedaluwarsa pada bulan April, harus segera diluncurkan dan tidak boleh disia-siakan.
INFEKSI SERIUS
Pemerintah Barat bersuara mendukung vaksin tersebut, yang telah disetujui banyak orang.
Vaksin tersebut adalah pilar utama program vaksinasi di Inggris, yang sejauh ini menjadi yang tercepat di antara negara besar lainnya yang melakukan vaksinasi untuk anggota masyarakatnya. Ini terutama berkaitan dengan varian lain yang menyebar cepat di mana vaksin tersebut telah terbukti bekerja dengan baik.
“Kami pikir kedua vaksin yang kami gunakan saat ini efektif, seperti yang saya katakan, dalam menghentikan penyakit serius dan kematian,” Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan kepada wartawan. Inggris juga menggunakan vaksin Pfizer.
Olivier Veran, Menteri Kesehatan Prancis yang berharap vaksin itu akan diadakan untuk mempercepat program yang tertinggal dari negara kaya lainnya, mengatakan vaksin AstraZeneca memberikan perlindungan yang cukup terhadap “hampir semua varian” virus.
Tetapi jika vaksin tidak bekerja seefektif yang diharapkan terhadap varian baru dan yang baru muncul, maka dunia dapat menghadapi pertempuran yang jauh lebih lama – dan lebih mahal – melawan virus daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Varian dominan di Afrika Selatan ini telah beredar di setidaknya 40 negara lain, termasuk Amerika Serikat.
Austria memperingatkan agar tidak melakukan perjalanan yang tidak penting ke provinsi Alpine di Tyrol karena wabah varian Afrika Selatan. Kasus juga terdeteksi di utara Paris, memaksa satu sekolah tutup.