CakapCakap – Cakap People! Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa antibodi virus corona tidak dapat menjamin kekebalan seseorang terhadap COVID-19 jangka panjang untuk pasien yang telah pulih atau mantan penderita asimptomatik (tanpa gejala).
Melansir Business Insider, Minggu, 19 April 2020, dalam konferensi pers pada hari Jumat, 17 April 2020, yang dilaporkan oleh sejumlah outlet media, para pejabat mengatakan tes serologis yang juga dikenal sebagai tes antibodi, bisa menunjukkan apakah orang tersebut sebelumnya tertular virus, tetapi tidak ada bukti yang dapat ditemukan jika seseorang kebal terhadap infeksi virus.
Setidaknya ada sebanyak 596.488 pasien telah dinyatakan sembuh dari COVID-19 di seluruh dunia, menurut data dari Worldometers, Minggu pagi, 19 April 2020.
Bagaimanapun, masalah dengan mengembangkan dan mendistribusikan tes andal yang dijelaskan oleh para ahli kemungkinan berarti bahwa ada banyak kasus yang tidak terdeteksi dan tidak diobati.
Tes antibodi telah disebut-sebut sebagai langkah penting ketika kebijakan membuka kembali tempat kerja dan ruang publik, karena mereka akan bisa mendeteksi apakah seseorang sudah memiliki COVID-19, terlepas dari apakah mereka pernah menunjukkan gejala. Hasil positif berarti mereka mungkin kebal.
Konferensi pers WHO digelar setelah para pejabat mengatakan tidak semua orang yang sembuh dari virus corona memiliki antibodi untuk melawan infeksi kedua. Hal itu meningkatkan kekhawatiran di samping tren yang meningkat di negara-negara seperti Korea Selatan di mana para pejabat telah menemukan setidaknya 160 pasien yang dianggap telah pulih dari virus corona namun kembali dinyatakan positif setelah dilakukan tes.
Dr. Jon Santiago, yang juga merupakan perwakilan negara bagian, bekerja di UGD di Boston Medical Center, mengatakan kepada CBS Boston bahwa petugas medis rumah sakit telah memperhatikan kecenderungan pasien yang kembali positif sering membutuhkan perawatan lebih intensif daripada saat mereka melakukan perawatan awal.
“Sepanjang minggu lalu kita telah melihat sebuah fenomena menarik di mana orang-orang yang awalnya didiagnosis seminggu yang lalu, mereka kembali ke rumah sakit karena sakit dan sering membutuhkan ventilator atau ICU,” kata Santiago kepada WBZ.
“Itu menunjukkan betapa berbahaya virus itu.”
4 Comments
Leave a Reply4 Pings & Trackbacks
Pingback:Jerman Resmi Batalkan Oktoberfest untuk Pertama Kalinya Sejak Perang Dunia II - CakapCakap
Pingback:Update COVID-19 di RI [24 April]: Melonjak 436 Kasus, Total Positif Capai 8.211 Orang - CakapCakap
Pingback:FDA Amerika Serikat Resmi Setujui Remdesivir Jadi Obat Pasien COVID-19 - CakapCakap
Pingback:Studi Baru: 99,8 Persen Pasien COVID-19 yang Sembuh Punya Antibodi Virus Corona, Apa Itu Antibodi? - CakapCakap