CakapCakap – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 yang berakhir pada hari Minggu, 31 Oktober 2021, kemarin di Roma, Italia, gagal menghasilkan kebijakan konkret dalam upaya memerangi perubahan iklim. Hasil KTT dengan topik perubahan iklim, energi, dan lingkungan hdup ini menyebutkan bahwa hanya sedikit kemajuan yang dibuat dalam pertemuan puncak para pemimpin negara-negara G-20.
Meski para pemimpin mengatakan akan tetap berpegang pada tujuan mencegah pemanasan Bumi hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, tidak ada batasan waktu yang spesifik yang ditetapkan untuk mencapai netralitas karbon.
Hal ini pun meninggalkan pekerjaan besar bagi para pemimpin dunia dan figur penting yang akan bertemu di KTT Perubahan Iklim PBB COP26 di Glasgow, Skotlandia.
Dalam konferensi persnya, menyusul komunike para pemimpin G-20, Perdana Menteri Italia saat ini dan Presiden G-20 Mario Draghi mengatakan bahwa tanpa multilateralisme membuat upaya dalam menangani krisis iklim stagnan.
‘Meninggalkan Roma dengan harapan yang tidak terpenuhi’
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan kekecewaannya atas hasil yang tidak maksimal dari pertemuan puncak pemimpin 20 negara ekonomi terbesar tersebut.
“Sementara saya menyambut komitmen G-20 untuk solusi global, saya meninggalkan Roma dengan harapan saya yang tidak terpenuhi – tetapi setidaknya mereka tidak terkubur. Selanjutnya ke COP26 di Glasgow untuk menjaga tujuan 1,5 derajat tetap hidup dan untuk mengimplementasikan janji keuangan dan adaptasi untuk manusia dan planet,” cuit Guterres melalui Twitter-nya.
While I welcome the #G20's recommitment to global solutions, I leave Rome with my hopes unfulfilled — but at least they are not buried. Onwards to #COP26 in Glasgow to keep the goal of 1.5 degrees alive and to implement promises on finance and adaptation for people & planet. pic.twitter.com/c1nhIDbA8m
— António Guterres (@antonioguterres) October 31, 2021
Tak ada jaminan untuk mengakhiri pembangkit listrik berbahan bakar batu bara
Para pemimpin G-20 gagal memberikan jaminan pasti untuk mengakhiri pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Mereka mengatakan akan menghentikan pembiayaan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di luar negeri pada akhir tahun ini. Namun, mereka tidak menetapkan tanggal penghentian penggunaan batu bara untuk pembangkit listrik di dalam negeri.
“Kami akan melakukan yang terbaik untuk menghindari pembangunan kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara baru, dengan mempertimbangkan keadaan nasional, dengan maksud untuk mempercepat transisi dari batu bara untuk memenuhi kerangka waktu yang selaras dengan tujuan Perjanjian Paris,” demikian kata komunike itu.
Merkel senang bahwa Perjanjian Paris akan dipertahankan
Meski begitu, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden AS Joe Biden tetap memberikan nada optimis menyusul pertemuan di Roma tersebut.
Fakta bahwa negara-negara ekonomi terkuat di dunia pada prinsipnya setuju untuk mendukung tujuan 1,5 derajat Celsius Perjanjian Paris untuk mengurangi gas rumah kaca adalah “hasil yang sangat, sangat baik” dan dengan demikian para pemimpin G-20 telah mengirimkan “sinyal yang baik” menjelang COP26.
Koresponden DW Alexandra von Nahmen mengatakan Merkel “senang melihat deklarasi bersama yang dapat ditandatangani oleh setiap pemimpin.”
“Kita harus ingat bahwa pada KTT G-20 sebelumnya ada deklarasi yang hanya ditandatangani oleh 19 pemimpin G-20,” tambah von Nahmen, merujuk pada saat mantan Presiden AS Donald Trump menolak menandatangani deklarasi iklim G-20.
Presiden AS Joe Biden mengatakan para pemimpin G-20 membuat kemajuan “nyata” dalam memerangi perubahan iklim, meskipun ia menyesalkan tidak adanya Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping dalam pertemuan puncak tersebut.
Selain Cina dan Rusia, pemimpin dari Arab Saudi juga tidak langsung hadir di pertemuan di ibu kota Italia tersebut.
‘Kesempatan terakhir’
Hasil yang tidak maksimal dari KTT G-20 ini meninggalkan kekecewaan bagi para para aktivis iklim yang telah mencari jaminan tegas dari anggota G-20.
Sebelumnya pada hari Minggu (31/10), aktivis lingkungan Greta Thunberg dan Vanessa Nakate menulis surat terbuka kepada media saat KTT G-20 berakhir.
“Krisis iklim hanya akan menjadi lebih mendesak,” tulis kedua aktivis itu. “Kita masih bisa menghindari konsekuensi terburuk, kita masih bisa membalikkan keadaan. Tapi tidak jika kita terus seperti hari ini.”
Pangeran Charles dari Inggris berbicara kepada para pemimpin G-20 pada hari Minggu (31/10) pagi, mendesak mereka untuk mendengarkan orang-orang muda yang mewarisi Bumi yang semakin hangat seraya memperingatkan bahwa “ini benar-benar kesempatan terakhir.”
Setelah KTT G-20 di Roma, sebagain besar para pemimpin dunia yang ikut dalam pertemuan tersebut – termasuk Presiden RI Joko Widodo – akan melanjutkan lawatan mereka ke Glasgow, Skotlandia, untuk menghadiri COP26. Pada sesi penutupan KTT G-20 ini, PM Italia Mario Draghi menyerahkan keketuaan atau presidensi G-20 kepada Presiden Jokowi.
rap/ha (AFP, dpa)