CakapCakap – Cakap People, kita seharusnya bersyukur hidup di Indonesia. Meskipun semua sedang mengalami kesulitan akibat pandemic Covid-19, tapi kita masih bertahan. Lalu, bagaimana dengan kehidupan di negera lain?
Ternyata ada negara yang makin terburuk setelah wabah Covid-19 menyerang. Mereka benar-benar dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Salah satunya yang berada di kawasan selatan Afrika.
Program Pangan Dunia (World Food Program/WFP), pada Senin (7/9), memperkirakan sekitar 45 juta orang yang berada di kawasan Afrika selatan mengalami rawan pangan. Badan PBB tersebut melaporkan jumlah orang di kawasan tersebut yang tidak memiliki akses ke makanan yang memadai, terjangkau dan bergizi naik hingga 10 persen dari tahun lalu.
Tak hanya itu, mereka juga membebarkan beberapa factor lain yang menjadi pemicu keadaan yang menyedihkan ini. Dilansir dari VOA Indonesia, melalui webinar yang digelar Asosiasi Koresponden Asing Kawasan Afrika Selatan, organisasi bantuan internasional tersebut mengungkapkan beberapa hal yang menjadi penyebab utama rawan pangan. Yaitu, pandemi virus corona, ditambah dengan perubahan iklim dan kesulitan ekonomi beberapa negara.
Lola Castro, Direktur Program Pangan Dunia untuk kawasan Afrika Selatan mengatakan bahwa Covid-19 adalah keadaan darurat tambahan yang sangat merugikan mata pencaharian penduduk miskin di daerah tersebut.
PHK juga membuat sejumlah besar orang menganggur, sehingga meningkatkan tragedi rawan pangan. Petani di sana pun juga memiliki harap yang tipis atas hasil ladang mereka.
Dikutip dari laman Detik, Malawi adalah negara yang paling terdampak dibanding negara-negara lain di Afrika Selatan lainnya. Stok makanan mereka semakin menipis setiap harinya. Untuk mengisi perut, mereka memanfatkan apa saja yang bisa dimakan.
Bahkan, banyak warga yang memilih memakan tikus panggang yang ditusuk dengan batang kayu seperti sate. Sate tikus memang mjadi camilan populer beberapa kota besar di Malawi. Penduduk kota Blantyre dan Lilongwe sangat menyukainya.
“Sebelum adanya virus Corona, kehidupan kami sudah sulit. Tapi dengan adanya pandemi, situasinya semakin memburuk,” jelas Bernard Simeon, pemburu tikus di Malawi.
Pria berusia 38 tahun ini bekerja sebagai petani, ia sering berburu tikus apabila keluarganya kekurangan makanan.
“Ketika kekurangan makanan, biasanya kami bergantung pada daging tikus untuk mengatasi kelaparan. Karena kami tidak mampu membeli daging untuk makan,” ungkap Yankho, istri dari Bernard.