GoPro mulai menjalin kemitraan dengan perusahaan manufaktur elektronik, Jabil. Kemitraan yang dimaksud adalah penjualan lisensi atas kamera aksi kepada pihak kedua, yakni Jabil.
Mengutip The Verge, Rabu (28/3/2018), dengan kesepakatan lisensi ini, Jabil ke depannya akan menggunakan desain dan kekayaan intelektual milik GoPro untuk memproduksi lensa dan sensor kameranya untuk produk-produk milik pihak ketiga.
Sebelumnya, GoPro dan Jabil sudah berkolaborasi dalam pembuatan GoPro Hero4 dan bakal terus bekerja sama.
Selain kamera aksi, produk-produk yang diproduksi Jabil juga termasuk digital imaging dan perangkat konsumen lainnya. Kendati begitu, tidak ada satupun kamera produksi Jabil yang berkompetisi dengan produk-produk GoPro.
“Bayangkan, dunia di mana konferensi video, robotika, dan kendaraan otonomos menggunakan lensa dan image sensor dari GoPro. Bersama-sama, GoPro dan Jabil akan membuat hal ini menjadi kenyataan,” kata Chief Technology Officer GoPro Sandor Barna.
Jabil memperkirakan, aplikasi-aplikasi pada smart home, militer atau kepolisian, petugas pemadam kebakaran, hingga keamanan bakal menggunakan teknologi kamera dan digital imaging dari hasil kerja sama ini.
Sekadar diketahui, produk-produk yang dibuat oleh Jabil tidak akan bermerek GoPro, kendati begitu akan mengadopsi teknologi yang dibuat oleh GoPro.
Tentunya, hal ini cukup menarik, sebab teknologi GoPro akan tersebar ke berbagai produk dan layanan yang dimiliki oleh Jabil.
Sekadar diketahui, kemungkinan kesepakatan antara GoPro dan Jabil terjadi karena saham GoPro berada di titik terendahnya, sehingga tak mengherankan melihat perusahaan mengeksplorasi cara baru dalam bisnisnya.
GoPro sebelumnya memutuskan untuk menutup lini bisnis drone-nya karena pasar pesawat nirawak yang dianggap terlalu kompetitif.
Dikutip dari The Verge, pengumuman keluarnya GoPro dari bisnis drone ini diumumkan bersamaan dengan keluarnya laporan keuangan. Karena itu, Karma merupakan produk terakhir dari lini bisnis drone besutan GoPro.
Padahal, dalam laporan keuangan, perusahaan mengakui Karma berhasil berada dalam posisi kedua bisnis drone pada 2017. Namun, persaingan di pasar drone yang begitu kompetitif membuat perusahaan memutuskan untuk mundur dari bisnis pesawat nirawak.
Menurut GoPro, keputusan ini juga diambil karena kebijakan baru di Eropa dan Amerika Serikat secara tak langsung mengurangi jumlah permintaan drone.
Faktor tersebut membuat GoPro keluar dari bisnis pesawat nirawak, setelah menjual inventaris Karma yang tersisa.
“GoPro akan melanjutkan layanan dan dukungan untuk konsumen GoPro,” tulis perusahaan dalam keterangannya.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!