CakapCakap – Beberapa dari Cakap People mungkin mendapatkan pesan berantai yang sempat membuat gaduh, bahwa Whatsapp tengah ulang tahun ke-10 dan sedang bagi-bagi hadiah. Adapun untuk melihat syaratnya, kamu diharuskan masuk ke dalam tautan yang terlampir.
Akan tetapi benarkah demikian? Nyatanya seorang juru bicara dari Whatsapp menyatakan jika berita tersebut tidaklah benar.
“Itu Hoaks, enggak ada sama sekali. Waspada terhadap link broadcast seperti itu, para pengguna harus teliti terhadap setiap link yang dicantumkan,” ujarnya, dikutip dari Nationalgographic.
Terkait dengan himbauan yang telah diutarakan, ada baiknya jika masyarakat lebih berhati-hati dengan pesan sejenis. Jadi harus lebih teliti lagi ya, Cakap People.
Menurut Steve Sloman yang merupakan seorang professor kognitif dari Brown University dan pemimpin redaksi jurnal Cognition, kelengahan manusia terhadap hal semacam ini adalah kurangnya kesadaran dalam merefleksikan serta memeriksa kembali semua informasi. Hal ini juga dikarenakan sifat alami manusia dalam menerima suatu berita yang dibaca tanpa mempertanyakan terlebih dahulu secara lebih lanjut.
“Trik mengatasi berita palsu adalah verifikasi. Jika anda cukup reflektif maka anda lebih mungkin melakukan proses tersebut,” ujar Steve Sloman.
Seorang jurnalis, Elizabeth Kolbert melakukan review pada beberapa penelitian mengenai batasan dalam seseorang berpikir jernih serta pikiran manusia. Kolbert menyatakan jika hingga tahun 1970an, sekelompok akademisi menyatakan pendapat mereka jika orang-orang tidak bisa berpikir jernih. Hal ini juga telah dibuktikan dengan hasil eksperimen.
Kegagalan kita dalam menyerap logika membuat kita rentan terhadap berita yang keliru dan menginfeksi kita terhadap berita mana yang nyata dan yang tidak. Salah satu konsep psikologi yang relevan dalam kondisi ini adalah “motivated reasoning” yang ditulis oleh Adam Waytz, seorang profesor manajemen dan organisasi Northwestern’s Kellogg School.
Motivated reasoning merupakan konsep yang menyatakan jika kita termotivasi untuk percaya apapun dengan apa yang sesuai dengan pendapat kita. Sebagai contoh jika kamu termotivasi untuk percaya terhadap hal-hal negatif mengenai trump atau Hillary Clinton maka kamu akan cenderung percaya terhadap berita buruk yang anda dengar atau baca tentang mereka.
“Kita cepat mempercayai apa yang telah memotivasi kita untuk percaya. Dan kita seringkali menyebut suatu berita hoaxs karena berita tersebut tidak mendukung kita mengenai sebuah realitas” ujar Steve Sloman lebih lanjut.
Nah, Cakap People apa kamu termasuk orang yang langsung percaya dengan pesan berantai tersebut? atau malah sebaliknya? Mulai sekarang, harus lebih waspada dan tak mudah percaya berita hoaks. Pastikan kabar tersebut memang dari sumber terpercaya.