CakapCakap – Cakap People, gempa dan Tsunami yang terjadi di Palu & Donggala bulan September 2018 lalu memang sudah berakhir, dan masyarakat sudah berangsur pulih dengan kembali bangkit beraktivitas. Tetapi dibelahan bumi lain, ternyata penelitian akan tragedi ini terus dilakukan oleh para cendekiawan. Memang benar, bencana alam yang dahsyat ini bahkan mencuri perhatian warga dunia. Jika kita melihat lagi apa yang telah terjadi, ada banyak pihak dari luar yang berbondong memberikan bantuan, baik itu dari segi barang, infrastruktur, maupun pelayanan jasa. Tidak berhenti sampai situ saja, para ilmuwan juga bersemangat untuk menguak apa yang sebenarnya menjadi penyebab tragedi ini.
Sejumlah ilmuwan memberikan kesimpulan awal dari sejumlah investigasi tsunami Palu, pada Selasa 11 Desember 2018 di dalam ajang Fall Meeting yang diadakan di American Geophysical Union Washington DC. Dalam kesimpulannya, disebutkan bahwa Gempa Palu terjadi di sesar geser (strike-slip), dan bergerak secara horizontal. Di beberapa kejadian yang sama, pergerakan ini pasti akan mengakibatkan tsunami. Dan inilah yang terjadi, setelah terjadi gempa, Palu dilanda tsunami pada 28 September 2018 petang, sejauh 400 meter ke daratan.
Pihak Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Udrekh Al Hanif yang hadir dalam rapat tersebut menyebutkan bahwa efek tsunami yang besar juga disebabkan karena letak kota Palu yang berada di pesisir. Fakta ini dikaitkan dengan interval antara gempa dan datangnya gelombang tsunami yang hanya berjarak 3 menit saja. Tim BPPT masih terus mengkaji fakta baru yang didapatkan dari peta batrimeti, yang menggambarkan kedalaman daerah dan topografi dasar laut di kawasan tersebut. Apalagi teluk sempit yang mengarah ke Kota Palu juga diindikasikan sebagai salah satu penyebab dahsyatnya tsunami.
Melalui Peta Barimetrik, Tim BPPT bisa melihat pergerakan tajam kerak bumi ke arah utara. Ketika gempa, ada pergeseran ke arah vertikal sekaligus horizontal. Data juga menyebutkan bahwa sebagian dasar laut di teluk Palu mengalami keanjlokan. Sementara itu fakta baru juga disebutkan oleh Finn Løvholt dari Norwegian Geotechnical Institute. Finn mengatakan bahwa ada dorongan ke atas dari dasar laut di zona dekat Palu, dan pergerakan tersebut pecah ke jalur yang berbeda. Hal yang terjadi bersamaan ini mengakibatkan goncangan dan tekanan lempeng yang tidak biasa. Fenomena ini bahkan diprediksikan tidak hanya akan terjadi sekali saja, tetapi bisa terjadi lagi di kemudian hari.
Jika dilihat dari riwayat bencana di Palu, ada tragedi 1960-an dan 1920-an yang juga menimbulkan banyak korban berjatuhan. Penelitian akan fenomena ini terus dilakukan agar manusia bisa lebih waspada dan mengerti tentang siklus kebencanaan di Indonesia, terutama gempa yang juga sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!
One Comment
Leave a ReplyOne Ping
Pingback:Mengapa Zebra Memiliki Garis-Garis? Inilah Alasan Terbarunya – CakapCakap