CakapCakap – Bisa meraih prestasi tertinggi dengan mempersembahkan medali emas dalam ajang olahraga sekelas Asian Games memang jadi sebuah kebanggaan terbesar bagi para atlet, termasuk dari Indonesia. Cakap People pun mungkin pernah bermimpi bisa meraih prestasi hebat tersebut. Sayang, cerita indah tersebut tidak selamanya bisa berakhir dengan kebahagiaan. Buktinya, banyak cerita atlet Tanah Air yang kemudian malah hidup merana dan menyedihkan pada haria tuanya.
Hendrik Brock adalah salah satunya. Seperti dilansir Kompas, Sabtu (1/9/2018), dia merupakan atlet balap sepeda Indonesia yang berhasil merebut tiga medali emas sekaligus dalam Asian Games 1962 silam di Jakarta, pada nomor tim trail 100 km, individu open race 190 km, dan tim open race 190 km. Berkat prestasinya di cabang balap sepeda, pria yang kini berusia 77 tahun itu dulu dijuluki sebagai ‘Macan Asia’. Apalagi, dia juga berprestasi di ajang Ganefo dan Olimpiade era 1960 hingga 1980-an.
Pengabdiannya pada bangsa pun tak berhenti hanya sebagai atlet. Setelah pensiun, pria keturunan Jawa-Jerman itu juga sempat jadi pelatih pebalap sepeda nasional Indonesia. Namun, masa tuanya tak lagi semanis saat masih jadi atlet. Kini, dia tinggal bersama istri di rumah sederhana peninggalan keluarga, di Jalan Bhayangkara, Gang Rawasalak, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi. Dia pun mengidap glukoma dan terpaksa menggunakan tongkat untuk berjalan.
Tragisnya, Hendrik malah tak punya BPJS Kesehatan. “Gak pegang kartu, justru gak masuk. Kalau biaya operasi saat itu sih, biayanya masih ada dari Pemkab Sukabumi. Karena saat itu melatih tim sepeda balap Kabupaten Sukabumi,” ceritanya. Dia pun mengaku dulu pada 2007 pernah mendapat rumah dari Pemerintah Indonesia. Namun, rumah tersebut terpaksa dijualnya belum lama ini untuk memperbaki rumah warisan keluarga yang dia tempati hingga sekarang, karena hampir ambruk.
Selain itu, kini dia tak mendapatkan apa-apa lagi dari pemerintah, termasuk dana pensiun yang dulu sempat dijanjikan pada 2007 itu. “Saya gak tahu, tapi sehari-hari saya masih bisa makan,” pungkas Hendrik dengan nada penuh semangat dan mengaku tetap bahagia. Duh, kasihan ya, Cakap People! [ED/RM]
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!
One Comment
Leave a ReplyOne Ping
Pingback:Mahasiswa UMI di Makassar Punya Solusi untuk Bumi, Ini Dia! | Cakap Cakap