in ,

Menhan Filipina: Ketegangan Laut China Selatan Bisa Dihindari Jika Negara-negara ASEAN Bersatu, Di manakah ASEAN?

China mengatakan, mereka memiliki kedaulatan historis atas sembilan per sepuluh Laut China Selatan. Beijing tidak mengakui putusan arbitrase internasional 2016 yang membatalkan klaim tersebut.

CakapCakapCakap People! Ketegangan di Laut China Selatan akan meningkat karena persaingan Amerika Serikat (AS) dan China, yang sesungguhnya bisa dikendalikan jika negara-negara Asia Tenggara mengambil sikap bersatu untuk memengaruhi status quo. Demikian diungkapkan Menteri Pertahanan Fillipina, Delfin Lorenzana, pada sebuah forum keamanan.

Mengutip laporan Reuters, Lorenzana mengatakan bahwa Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) terjebak dalam pertempuran AS-China yang memperebutkan pengaruh regional, tetapi sebetulnya bisa berbuat lebih banyak untuk memastikan stabilitas dan harus mengambil pendekatan bersama.

“Di manakah ASEAN dalam persaingan negara adidaya ini? Meskipun mengakui sentralitas ASEAN, itu sama sekali tidak,” kata Lorenzana, Rabu, 25 November 2020.

“ASEAN akan memberikan pengaruh yang cukup besar pada masalah dan peristiwa di Laut Cina Selatan jika saja bisa bertindak sebagai satu kesatuan,” ujarnya.

FILE PHOTO: Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menjawab pertanyaan selama wawancara Reuters di markas militer Camp Aquinaldo di kota Quezon, metro Manila, Filipina 9 Februari 2017. [REUTERS / Romeo Ranoco / Fiile Photo]

Pernyataan Lorenzana ini sangat blak-blakan untuk seorang menteri dari blok ASEAN yang jarang berbicara sebagai kelompok yang menentang militerisasi atau tindakan agresi yang dianggap oleh beberapa negara bagian dikhawatirkan akan membuat marah Beijing atau Washington.

ASEAN beranggotakan 10 negara Asia Tenggara, di antaranya adalah Brunei Darussalam, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Filipina, Malaysia, Brunei, dan Vietnam memiliki klaim yang tumpang tindih dengan China. Dan semua kecuali Brunei telah terlibat dalam kebuntuan tahun ini dengan kapal-kapal China.

China mengatakan, mereka memiliki kedaulatan historis atas sembilan per sepuluh Laut China Selatan. Beijing tidak mengakui putusan arbitrase internasional 2016 yang membatalkan klaim tersebut.

Peta klaim Laut China Selatan. [Foto: Wikipedia]

Lorenzana mengatakan, masalah Laut China Selatan menjadi fokus utama selama diskusi sejak Mei dengan mitra Filipina di Jepang, China, Australia, Prancis, dan Amerika Serikat.

“Apa artinya ini bagi kami? Laut China Selatan penting bagi banyak negara,” kata dia.

“Ketegangan di Laut China Selatan akan terus meningkat karena China akan terus menuduh AS dan negara-negara lain melakukan provokasi dan destabilisasi, bahwa Barat mencoba menahan kebangkitan China,” katanya.

China telah meningkatkan kehadiran penjaga pantai dan latihan militer tahun ini, termasuk di dekat pulau-pulau yang juga diklaim oleh Vietnam. Sementara AS mengerahkan kapal perang untuk menunjukkan kebebasan navigasi. Mereka saling menuduh melakukan provokasi yang disengaja.

Lorenzana mengatakan, Asia Tenggara khawatir risiko konflik bersenjata meningkat. Filipina, sekutu AS, katanya, “akan terlibat, apakah dia suka atau tidak”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Kasus COVID-19 Dekati 400 Per Hari, Korea Selatan Pertimbangkan Pembatasan Ketat Secara Nasional

China Laporkan Dua Kasus Virus Corona Tertular dari Kepala Babi Impor