CakapCakap – Cakap People! Ketegangan di Laut China Selatan akan meningkat karena persaingan Amerika Serikat (AS) dan China, yang sesungguhnya bisa dikendalikan jika negara-negara Asia Tenggara mengambil sikap bersatu untuk memengaruhi status quo. Demikian diungkapkan Menteri Pertahanan Fillipina, Delfin Lorenzana, pada sebuah forum keamanan.
Mengutip laporan Reuters, Lorenzana mengatakan bahwa Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) terjebak dalam pertempuran AS-China yang memperebutkan pengaruh regional, tetapi sebetulnya bisa berbuat lebih banyak untuk memastikan stabilitas dan harus mengambil pendekatan bersama.
“Di manakah ASEAN dalam persaingan negara adidaya ini? Meskipun mengakui sentralitas ASEAN, itu sama sekali tidak,” kata Lorenzana, Rabu, 25 November 2020.
“ASEAN akan memberikan pengaruh yang cukup besar pada masalah dan peristiwa di Laut Cina Selatan jika saja bisa bertindak sebagai satu kesatuan,” ujarnya.
Pernyataan Lorenzana ini sangat blak-blakan untuk seorang menteri dari blok ASEAN yang jarang berbicara sebagai kelompok yang menentang militerisasi atau tindakan agresi yang dianggap oleh beberapa negara bagian dikhawatirkan akan membuat marah Beijing atau Washington.
ASEAN beranggotakan 10 negara Asia Tenggara, di antaranya adalah Brunei Darussalam, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Filipina, Malaysia, Brunei, dan Vietnam memiliki klaim yang tumpang tindih dengan China. Dan semua kecuali Brunei telah terlibat dalam kebuntuan tahun ini dengan kapal-kapal China.
China mengatakan, mereka memiliki kedaulatan historis atas sembilan per sepuluh Laut China Selatan. Beijing tidak mengakui putusan arbitrase internasional 2016 yang membatalkan klaim tersebut.
Lorenzana mengatakan, masalah Laut China Selatan menjadi fokus utama selama diskusi sejak Mei dengan mitra Filipina di Jepang, China, Australia, Prancis, dan Amerika Serikat.
“Apa artinya ini bagi kami? Laut China Selatan penting bagi banyak negara,” kata dia.
“Ketegangan di Laut China Selatan akan terus meningkat karena China akan terus menuduh AS dan negara-negara lain melakukan provokasi dan destabilisasi, bahwa Barat mencoba menahan kebangkitan China,” katanya.
China telah meningkatkan kehadiran penjaga pantai dan latihan militer tahun ini, termasuk di dekat pulau-pulau yang juga diklaim oleh Vietnam. Sementara AS mengerahkan kapal perang untuk menunjukkan kebebasan navigasi. Mereka saling menuduh melakukan provokasi yang disengaja.
Lorenzana mengatakan, Asia Tenggara khawatir risiko konflik bersenjata meningkat. Filipina, sekutu AS, katanya, “akan terlibat, apakah dia suka atau tidak”.