in ,

Mengenal Perbedaan Kehilangan Indera Penciuman dan Perasa Akibat COVID-19 dan Flu

Kehilangan indera penciuman yang bisa menyertai gejala terkena virus corona adalah unik dan berbeda dari yang dialami oleh seseorang ketika sedang flu atau pilek parah.

CakapCakapCakap People! Kehilangan indera penciuman yang bisa menyertai gejala terkena virus corona adalah unik dan berbeda dari yang dialami oleh seseorang ketika sedang flu atau pilek parah. Demikian diungkapkan oleh tim peneliti Eropa yang telah melakukan studi tentang pengalaman pasien COVID-19.

Lalu, bagaimana mengenali perbedaan antara kehilangan indera penciuman akibat virus corona dan flu?

Melansir BBC News, Kamis, 27 Agustus 2020, berdasarkan temuan para peneliti, ketika pasien COVID-19 kehilangan indera penciuman, itu cenderung tiba-tiba dan parah. Selain itu, hidung mereka biasanya tidak tersumbat atau meler — sebagian besar pasien COVID-19 yang kehilangan indera penciuman masih bisa bernapas lega tanpa mengalami hidung tersumbat.

Ilustrasi. [Foto: Times of India]

Perbedaan lainnya, pasien COVID-19 yang kehilangan indera penciuman, mereka juga kehilangan indera perasa.

Dalam jurnal Rhinology, tim peneliti mengatakan bahwa pasien COVID-19 yang mengalami kehilangan indera perasa ini bukan karena indera penciuman mereka yang tidak berfungsi. Hilangnya indera perasa yang mereka alami benar-benar bahkan sampai tidak bisa membedakan rasa pahit atau manis.

Para ahli menduga hal ini karena virus COVID-19 mempengaruhi sel-sel saraf yang terlibat langsung dengan sensasi penciuman dan rasa.

Gejala utama ketika seseorang terkena virus corona (COVID-19) adalah: suhu tinggi, batuk terus menerus dan kehilangan indera penciiuman atau perasa.

Siapapun yang mengalami gejala ini harus mengisolasi diri dan segera melakukan tes swab (usap) untuk memastikan apakah mereka terkena virus. Anggota rumah tangga mereka juga harus mengisolasi diri untuk mencegah kemungkinan penyebaran.

Riset Indera Penciuman dan Perasa

Ilustrasi. [Foto via Indonesia Cancer Care Community]

Peneliti utama studi itu, Prof Carl Philpott, dari University of East Anglia, melakukan tes indera penciuman dan perasa ini pada 30 relawan: 10 orang dengan COVID-19, 10 orang dengan pilek parah dan 10 orang sehat tanpa gejala pilek atau flu.

Hasilnya: kehilangan indera penciuman jauh lebih parah dialami pada pasien COVID-19. Mereka kurang bisa mengenali bau atau aroma, dan mereka sama sekali tidak bisa membedakan rasa pahit atau manis.

Prof Philpott, yang bekerja dengan badan amal Fifth Sense, yang didirikan untuk membantu orang-orang dengan gangguan penciuman dan rasa, mengatakan: “Tampaknya ada ciri-ciri pembeda yang membedakan virus corona dari virus pernapasan lainnya.

“Ini sangat menarik karena artinya tes penciuman dan rasa dapat digunakan untuk membedakan antara pasien COVID-19 dan pasien flu atau pilek biasa,” kata Prof Carl Philpott.

Tes yang sederhana ini bahkan bisa dilakukan secara mandiri oleh orang-orang di rumah. Beberapa caranya adalah dengan mencoba mencium dan merasakan kopi, bawang putih, jeruk, lemon, dan gula. Meski begitu, Prof Philpott menekankan bahwa tes swab tetap perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis COVID-19.

Prof Philpott juga mengatakan bahwa hilangnya indera penciuman dan perasa pada pasien COVID-19 bersifat sementara. Sebagian besar pasien COVID-19 mendapatkan kembali indera penciuman dan perasanya dalam kurun waktu beberapa minggu setelah sembuh.

Penyebab Hilangnya Indera Penciuman pada Pasien COVID-19

Prof Andrew Lane adalah pakar masalah hidung dan sinus di Universitas Johns Hopkins, AS.

Dia dan timnya telah melakukan studi sampel jaringan dari bagian belakang hidung untuk mengetahui bagaimana virus corona dapat menyebabkan hilangnya indera penciuman para pasien. Studi ini telah diterbitkan di European Respiratory Journal.

Dalam studi itu, mereka mengidentifikasi tingkat enzim yang sangat tinggi yang hanya ada di area hidung. Enzim ini bertanggung jawab untuk indera penciuman.

Enzim ini yang disebut sebagai ACE-2 (angiotensin converting enzyme II), dianggap sebagai “titik masuk” yang memungkinkan virus corona masuk ke dalam sel tubuh dan menyebabkan infeksi.

Hidung merupakan salah satu tempat masuknya virus SARS-CoV-2 (COVID-19) ke dalam tubuh.

Prof Lane bilang: “Kami sekarang melakukan lebih banyak eksperimen di laboratorium untuk melihat apakah virus memang menggunakan sel-sel ini untuk mengakses dan menginfeksi tubuh.

“Jika itu masalahnya, kami mungkin dapat mengatasi infeksi dengan terapi antivirus yang diberikan langsung melalui hidung.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jakarta Izinkan Bioskop Segera Dibuka Kembali untuk Membuat Orang Bahagia

Ini Tandanya jika Kamu Jatuh Cinta Terlalu Cepat!