in ,

Mengapa COVID-19 Picu Kerontokan Rambut Pada Pasien yang Telah Sembuh? Berikut Penjelasannya

Lebih dari seperempat pasien yang baru sembuh dari COVID-19 melaporkan rambut rontok setelah penyakit tersebut.

CakapCakapCakap People! Lebih dari seperempat pasien yang baru sembuh dari COVID-19 melaporkan rambut rontok setelah penyakit tersebut.

Theresa Cabrera, 54 tahun, adalah salah satu penyintas yang mengalami kerontokan rambut tersebut. Ia menderita COVID-19 dan harus menghabiskan waktu selama satu bulan di rawat di rumah sakit pada musim semi ini, dan sebagian besar waktu itu dibius, diintubasi, dan menggunakan ventilator.

Wanita yang tinggal di Lake Hopatcong, New Jersey, ini akhirnya membaik dan bisa pulang pada bulan Mei dan hal pertama yang dia lakukan adalah mandi. Saat itulah dia menyadari rambutnya rontok.

“Rambut-rambut itu rontok di tangan saya dan itu masih terjadi (sekarang). Saya cemas. Sekarang, ketika saya mengucir rambut, jumlahnya kurang dari seperempat dari rambut saya yang dulu. Ini mengerikan,” katanya kepada TODAY, Senin, 3 Agustus 2020.

Ilustrasi. [Foto: Pixabay]

Cabrera tidak sendirian. Lebih dari seperempat, atau 27%, pasien yang telah sembuh dari COVID-19 melaporkan kerontokan rambut sebagai salah satu masalah yang masih dihadapi. Hal itu terungkap dalam survei yang dilakukan terhadap lebih dari 1.500 orang di grup Facebook Survivor Corp.

Para dokter mengatakan bahwa telogen effluvium adalah penyebabnya. Ini merupakan sebuah kondisi sementara di mana seseorang mengalami kerontokan rambut berlebih setelah mengalami sakit, operasi, demam tinggi, kejadian penuh tekanan, penurunan berat badan ekstrem, atau melahirkan.

“Bila Anda sembuh dari COVID-19 dan kemudian tiba-tiba rambut Anda mulai rontok, itu bisa menjadi hal yang sangat menyedihkan secara emosional,” ujar Direktur Global Health Dermatology di Massachusetts General Hospital Dr Esther Freeman.

Akan tetapi, belakangan ini dokter banyak menjumpai kondisi telogen effluvium pada sebagian orang, terlepas dari status COVID-19 mereka. Rasa stres akibat pandemi Covid-19 juga bisa membuat orang-orang yang tak terkena Covid-19 mengalami telogen effluvium.

Hal ini pula yang dirasakan oleh ahli rambut rontok dari The Derm Group Dr Marc Glashofer. Dalam praktik sehari-hari, Glashofer menemukan adanya peningkatan kasus telogen effluvium.

“Ketika saya melihat seseorang yang mengalami kerontokan, saya tidak bicara mengenai stres sehari-hari, seperti pekerjaan atau macet. Kami bicara mengenai stres besar, seperti kematian orang yang dicintai, perubahan karier, perceraian, dan Covid-19. Covid-19 merupakan sebuah stres yang besar,” ungkap Glashofer.

Dalam kondisi normal, rambut mengalami fase bertumbuh dan istirahat. Sekitar 90 persen rambut berada dalam siklus atau fase bertumbuh.

Ketika tubuh dalam kondisi stres, sebagian rambut yang berada dalam fase bertumbuh mulai berubah memasuki fase beristirahat. Kondisi ini yang kemudian membuat rambut menjadi rontok.

“Rambut penting untuk kita secara kosmetik, tapi bagi tubuh, ketika kita sedang demam atau sakit, tubuh tak peduli dengan rambut,” jelas Glashofer.

Ilustrasi. [Foto: Pixabay]

Manusia akan kehilangan sekitar 100-150 helai rambut per hari dalma kondisi normal. Namun pada telogen effluvium, manusia bisa kehilangan ratusan helai rambut dalam satu hari. Kerontokan ini terjadi secara merata di seluruh bagian kepala, bukan hanya di titik tertentu saja.

Hingga saat ini, belum diketahui apakah rambut rontok pada penyintas Covid-19 berhubungan langsung dengan penyakit tersebut atau tidak. Mengingat ada non penyintas Covid-19 yang juga mengalami telogen effluvium, Freeman menilai faktor stres juga turut terlibat.

Kabar baiknya, telogen effluvium bukanlah kondisi yang permanen. Dalam beberapa pekan atau bulan, orang-orang yang mengalami telogen effluvium akan mendapatkan rambutnya kembali seperti sedia kala. Pada beberapa kasus, seperti Cabrera, pemulihan dari telogen effluvium membutuhkan waktu lebih dari enam bulan.

Perlu diketahui bahwa telogen effluvium tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memicu rasa gatal atau bersisik pada kulit kepala. Oleh karena itu, orang-orang yang mengalami rambut rontok disertai gejala-gejala tersebut sebaiknya memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit.

TODAY, REPUBLIKA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Muadzin Saat Jumat Perdana di Masjid Hagia Sophia Wafat, Seluruh Turki Berduka

Cair September Mendatang, Ini Kriteria Pekerja yang Dapatkan BLT dari Pemerintah!