CakapCakap – Cakap People! Sebuah lembaga penelitian mengumumkan pada hari Rabu, 24 Juni 2020, bahwa gletser di Selandia Baru diyakini telah kehilangan begitu banyak es selama tiga tahun terakhir. Jumlah tersebut bisa memenuhi persediaan air minum untuk setiap penduduk negara itu selama periode yang sama.
Mengutip laporan dw.com, para ilmuwan mengatakan Gletser Brewster di Pulau Selatan kehilangan 13 juta meter kubik es antara tahun 2016 – 2019, papar Institut Riset Air dan Atmosfer Nasional (NIWA).
“Selama beberapa tahun terakhir, pengamatan kami terhadap kondisi ekstrem menyoroti dampak kuat pada air, sumber daya alam yang paling berharga,” kata ilmuwan iklim NIWA Andrew Lorrey.
Pegunungan Alpen Selatan telah kehilangan lebih dari 15,9 triliun liter air, atau setara dengan jumlah konsumsi air yang digunakan penduduk Selandia Baru saat ini selama 40 tahun.
“Proses menuju kepunahan”
Kerusakan mencairnya beberapa gletser antara tahun 2018 dan 2019 dapat menempatkan mereka pada kondisi menuju kepunahan, Lorrey menjelaskan.
Gelombang panas laut dan tingginya suhu mempengaruhi garis salju. Abu dari kebakaran hutan Australia baru-baru ini juga menyelimuti sebagian es, sehingga meningkatkan potensi mencairnya es karena abu menyerap lebih banyak radiasi matahari.
Perlu perbaikan selama 20 atau 30 tahun bagi lapisan salju sebelum ilmuwan dapat mempertimbangkan dampak kerusakan ini, kata Lorrey.
Since 2016 enough ice has melted from just one South Island #glacier to meet the drinking water needs of all NZers for 3 years. Watch how @niwa_nz & @VicUniWgtn monitor what #globalwarming is doing to the water stored on our mountains🗻@Megan_Woods @ChiefSciAdvisor @jamespeshaw pic.twitter.com/OwtOZog1Nt
— NIWA (@niwa_nz) June 23, 2020
Air hangat mengkhawatirkan ditemukan di bawah gletser ‘hari kiamat’ di Antartika
Cakap People! Jika di Selandia Baru ditemukan gletser mencair atau kehilangan banyak es, sebelumnya para ilmuwan telah mendeteksi adanya air hangat yang tidak biasa di bawah gletser “hari kiamat” di Antartika.
Tim dari Georgia Tech mampu menangkap gambar baru dan data pertama dari jenisnya dari bawah Gletser Thwaites — yang mendapat julukan sebagai gletser “hari kiamat” karena merupakan salah satu gletser yang mencair paling cepat di Antartika.
Perairan di garis tanah, tempat gletser bertemu laut, lebih dari 2 derajat di atas suhu beku normal, menurut para ilmuwan.
“Air hangat di bagian dunia ini, sejauh mungkin kelihatannya, harus berfungsi sebagai peringatan bagi kita semua tentang potensi perubahan mengerikan pada planet yang disebabkan oleh perubahan iklim,” David Holland, Direktur Lingkungan Universitas New York, dilansir dari The New York Post, Sabtu, 1 Februari 2020.
Temuan ini diungkap oleh Fluid Dynamics Laboratory dan Pusat Perubahan Permukaan Laut Global NYU Abu Dhabi yang melakukan penelitian tersebut.
“Jika air [hangat] ini menyebabkan pencairan gletser di Antartika, perubahan permukaan laut akan terasa di bagian dunia yang lebih berpenghuni.”
Jika Gletser Thwaites mencair, dampak globalnya akan signifikan.
Itu akan mengeringkan massa air yang seukuran Inggris Raya dan keruntuhannya akan menaikkan permukaan laut global hampir tiga kaki — berpotensi membanjiri pusat populasi wilayah pesisir.