in ,

Melalui Telepon Angin, Warga Jepang ‘Berbicara’ dengan Keluarganya yang Sudah Meninggal

Telepon angin itu dibuat untuk meringankan rasa rindu terhadap sanak saudara yang sudah meninggal

CakapCakap – Cakap People, melepas kepergian orang yang kita cintai bukanlah hal yang mudah. Pasti terkadang ada rasa rindu yang terkumpul, sehingga sesekali ingin menghubungi. Di sebuah taman yang berada di atas bukit, terdapat bilik telepon berwarna putih.

Tempat itu akan berkilau jika diterpa oleh sinar matahari di awal musim semi. Melalui bilik itu, beberapa orang menyuarakan rasa rindunya pada keluarganya yang sudah meninggal. Sama seperti yang dilakukan oleh Kazuyoshi Sasaki.

Telepon angin yang berada di bukit. Gambar via tribunnews.com

Ia memencet dengan seksama nomor ponsel mendiang istrinya, Miwako, melalui perantara telepon angin. Sasaki merupakan salah satu orang yang kehilangan istrinya saat gempa bumi dahsyat melanda negara itu 1 dekade lalu.

“Itu semua terjadi dalam sekejap, saya tidak bisa melupakannya bahkan sekarang. Aku mengirimimu pesan yang memberitahumu di mana aku berada, tapi kamu tidak memeriksanya,” ucap Sasaki sembari menangis, dilansir Kompas dari Reuters.

Istri Sasaki merupakan salah satu korban tewas akibat bencana yang terjadi pada 11 Maret 2011 lalu. Banyak penyintas yang menyebut jika saluran telepon yang tak terhubung di Kota Otsuchi itu bisa membantu mereka berhubungan dengan orang-orang yang dicintainya.

“Ketika aku kembali ke rumah dan melihat ke langit, ada ribuan bintang, itu seperti melihat kotak permata. Aku menangis dan menangis, dan tahu bahwa begitu banyak orang pasti telah meninggal,” lanjut Sasaki.

Telepon angin yang berada di taman itu kemudian menjadi sarana hiburan bagi mereka yang merasakan kerinduan pada orang-orang yang telah meninggal akibat bencana tersebut.

Selain Sasaki, seorang warga lain bernama Sachiko Okawa juga menelepon mendiang suaminya yang ia nikahi selama 44 tahun lalu.

“Aku kesepian, sampai jumpa. Aku akan segera kembali,” katanya dengan suara yang serak.

Jadi media melampiaskan rasa rindu. Gambar via blogspot.com

Okawa menyebut jika ia terkadang merasa dapat mendengar suara mendiang suaminya di ujung telepon. Sehingga bisa membuatnya merasa sedikit lebih baik. Bahkan ia juga sering membawa cucunya ke bilik telepon itu guna ‘berbicara’ pada kakeknya.

Bilik telepon itu dibuat oleh Itaru Sasaki beberapa bulan sebelum bencana itu terjadi, tepatnya saat ia kehilangan sepupunya akibat penyakit kanker. Kini bilik telepon tersebut menarik ribuan pengunjung dari seluruh Jepang.

Selain digunakan oleh para penyitas tsunami, telepon tersebut juga dimanfaatkan oleh mereka yang kehilangan saudara akibat bunuh diri hingga sakit Cakap People.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Terbukti Bunuh Suami, Wanita Ini Dieksekusi Anaknya Sendiri

Amnesty International: China Secara Paksa Mengambil Anak-anak Muslim Uighur