CakapCakap – Banyak orang yang punya impian bisa kerja di Google, yang memang dikenal sebagai tempat kerja terbaik di Amerika Serikat. Cakap People mungkin juga pernah berharap bisa bekerja di Google. Pasalnya, kantornya benar-benar keren dengan menyediakan berbagai fasilitas, mulai dari makanan gratis, kursi pijat, dan kelas musik, yang membuat bekerja di Google jadi terdengar begitu menyenangkan. Bahkan gajinya pun rata-rata di atas 160 ribu dolar AS, atau sekitar Rp 2,3 miliar.
Namun menariknya pula, meskipun banyak orang yang ingin bekerja di Google, tapi ada juga orang yang malah memutuskan resign atau berhenti dari Google. Salah satunya Liz Wessel, yang dulu kerja sebagai manajer pemasaran produk. “Jika kamu tidak bisa lagi melakukan pekerjaan dengan baik karena menghabiskan waktu memikirkan peluang pekerjaan lain, itu jadi sebuah pertanda,” ujarnya menceritakan alasan dirinya memutuskan berhenti dari Google, dilansir laman oleh Merdeka.com.
Ada pula Lynch yang pernah jadi teknisi software Google. Namun, dia keluar karena frustasi dengan politik internal Google, sehingga kesulitan mendapat promosi. Sedangkan Falon Fatemi, eks Google yang dulu menduduki posisi strategic partnerships developer mundur karena merasa terlalu nyaman dengan pekerjaannya. Sementara YK Sugi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pengembang software, karena menemukan pekerjaan lain yang bisa berdampak langsung pada orang lain, meski bayarannya lebih kecil. Dia jadi vlogger pendidikan, meski gajinya di Google sampai jutaan dolar AS.
Sebelumnya, sejumlah mantan karyawan Google juga pernah menceritakan alasannya mereka keluar pada forum tanya jawab Quora, seperti dikutip dari laman CNNIndonesia.com. “Banyak sekali orang penuh talenta yang bersemangat bekerja di sekitaran kamu. Satu tantangan yang pasti, kamu harus secara terus-menerus membuktikan bahwa kamu bukanlah orang ‘bodoh’ dan pemalas,” cerita salah seorang eks teknisi Google. Sedang seorang mantan teknisi peranti lunak Google menyebut bahwa perusahaan hanya peduli dengan peningkatan kinerja yang dapat diukur oleh metrik secara nyata.
Kritik lainnya mengenai pengalaman kerja yang tidak selalu enak di Google juga sempat menyoroti bahwa kebanyakan karyawan tidak bisa bekerja secara remote, ruang kerja sempit, dan kebiasaan Google yang suka merekrut orang baru yang sama. Nah, bagaimana menurut Cakap People sendiri?