CakapCakap – Cakap People pasti tahu dengan komodo, kadal terbesar di dunia yang menjadi salah satu binatang maskot Indonesia. Binatang langka ini sendiri hanya bisa ditemukan di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur. Dengan panjang tubuh mencapai tiga meter, tak heran jika komodo pun bisa dipastikan memiliki kekuatan dan ketangguhan yang sangat luar biasa. Namun menariknya, ternyata binatang yang satu ini memiliki sifat alami ‘homebodies’ alias ‘anak rumahan’ yang sesungguhnya.
Sifat alami yang sederhana itulah yang mendasari perilaku menetap komodo dan membuatnya cuma tersebar di Indonesia. Menurut studi baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society B seperti dilansir oleh laman Beritagar.id, sifat alami anak rumahan itu telah mendorongnya menjadi spesies pemalas dan kurang tekad. Memperlihatkan pula bahwa komodo sebetulnya tipe hewan yang tak mau ambil risiko, sehingga memunculkan perilaku menetap berkepanjangan di satu tempat.
Namun, kebiasaan komodo ini bukan lantaran tidak mampu menjelajah tempat jauh atau menguasai dunia, melainkan karena mereka memang enggan pelesiran dan tidak punya kemauan untuk berbuat seperti itu. Lebih tepatnya, menurut Ifl Science pula, karena komodo sudah merasa lebih aman dan nyaman berada di zona dekat rumah. Jadi mereka tak menginginkan apapun lagi. Bagaimanapun, di rumah sendiri manfaat kelangsungan hidup lebih besar, seperti mengetahui di mana lokasi mangsa.
Hal yang kemudian menjadi pertanyaan, jika binatang ini berada di suatu daerah selama beberapa generasi, mereka tentu berisiko melakukan perkawinan sedarah, menghadapi kelangkaan sumber daya, dan bahaya lain yang mungkin bisa dihindari jika mereka bergerak ke tempat lain. Data DNA memang membuktikan adanya tanda-tanda perkawinan sedarah di populasi komodo, selain mereka rentan terhadap kekurangan makanan, dan juga terlibat dalam bencana alam, dilansir Kompas.com.
“Mereka adalah hewan unik. Komodo remaja punya kebiasaan memanjat pohon untuk menghindari kanibalisme dari komodo yang lebih tua. Mereka mungkin terlihat seperti predator tingkat atas yang kejam, tetapi tujuan mereka menjadi makhluk pulau ternyata lebih sederhana dari yang kita kira,” ucap Tim Jessop, profesor ekologi dari Deakins University, Australia. Memang unik ya, Cakap People!