in ,

Mana yang Lebih Baik, Makan Cepat atau Makan Lambat?

Biasanya, jika diburu oleh waktu, orang cenderung makan dengan cepat

CakapCakapCakap People! Kamu termasuk orang yang makan dengan cepat atau lambat? Biasanya, jika diburu oleh waktu, orang cenderung makan dengan cepat. Nah, jika dilihat dari sisi kesehatan, mana yang lebih baik, apakah makan cepat atau lambat?

Makan Cepat: Meningkatkan Berat Badan dan Memperburuk Pencernaan?

Mana yang Lebih Baik, Makan Cepat atau Makan Lambat?
Ilustrasi

Tanpa disadari, makan terlalu cepat menjadi salah satu penyebab kamu menghabiskan banyak makanan hingga berujung kenaikan berat badan. Kenapa bisa?

Diketahui, otak membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk memproses sinyal kenyang dari tubuh. Waktu tersebut dihitung dari kamu mulai makan.

Makan terlalu cepat akan mendorong kamu mengonsumsi makanan lebih banyak dari yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh. Hasilnya? Tubuh kelebihan kalori. Seiring waktu, asupan kalori yang berlebih bisa menyebabkan penambahan berat badan.

Dalam Journal of Preventive Medicine and Public Health dijelaskan bahwa sebanyak 60 persen anak-anak yang makan terlalu cepat berisiko 3 kali lebih mengalami kelebihan berat badan.

Selain berdampak pada berat badan, makan cepat juga memperlambat proses pencernaan. Orang yang makan dengan cepat lebih sering menyantap makanan dalam potongan besar dan tidak mengunyahnya sampai halus.

Kebiasaan seperti itu akan membuat lambung, usus, dan enzim pencernaan di dalamnya bekerja lebih keras dalam mengolah makanan.

Makan Lambat: Makan Jadi Sedikit, Terhindar dari Obesitas

Nafsu makan dan asupan kalori sebagian besar dikendalikan oleh hormon. Setelah makan, usus akan menekan hormon yang disebut ghrelin, yang mengontrol rasa lapar sekaligus melepas hormon rasa kenyang.

Melansir Healthline, orang muda dengan obesitas mengalami peningkatan hormon kenyang ketika mereka makan dengan lambat. Makan terlalu lama dapat menurunkan asupan kalori dalam tubuh. Pengurangan asupan kalori akan menyebabkan penurunan berat badan seiring berjalannya waktu.

“Orang yang makannya paling lambat memiliki risiko obesitas paling rendah”, ujar psikolog Leslie Heinberg, PhD yang dikutip dari Cleveland Clinic.

Lalu, lebih baik yang mana?

Perlu ditekankan, makan cepat atau lambat sebenarnya tergantung dari situasi orang tersebut. Seseorang makan dengan lambat kemungkinan dipengaruhi oleh gangguan distraksi saat makan atau masalah kesehatan gigi. Begitu juga orang yang makan dengan cepat. Bisa saja karena gaya hidupnya yang sibuk.

Tidak ada batasan berapa kali seseorang perlu mengunyah setiap makanan yang dikonsumsi. Namun, dikutip dari Healthline, mengunyah makanan sebanyak 32 kali tidak sepenuhnya salah.

Makanan yang mudah dikunyah atau bertekstur lembut cukup dikunyah sebanyak 10-15 kali.

Banyak sedikitnya kunyahan yang dilakukan, sangat berperan penting untuk pencernaan. Demi pencernaan yang sehat, lebih baik makanlah dengan tenang tanpa tergesa-gesa. Jangan terlalu membiasakan diri untuk makan terlalu cepat jika tidak diperlukan.

SUMBER ARTIKEL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ini Batas Aman Konsumsi Telur dalam Seminggu untuk Kesehatan

Ini Batas Aman Konsumsi Telur dalam Seminggu untuk Kesehatan

Timnas Spanyol Juara Euro 2024 Usai Kalahkan Inggris 2-1

Timnas Spanyol Juara Euro 2024 Usai Kalahkan Inggris 2-1