CakapCakap – Cakap People! Malaysia telah mencapai kesepakatan dengan pembuat obat AS Merck untuk membeli 150.000 program pil antivirus eksperimentalnya. Demikian kata Kementerian Kesehatan pada Kamis, 7 Oktober 2021, bergabung dengan negara-negara Asia lainnya yang terburu-buru untuk mengamankan pasokan, Channel News Asia melaporkan.
Molnupiravir, yang akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk COVID-19 jika mendapat persetujuan regulasi, dapat mengurangi separuh kemungkinan kematian atau dirawat di rumah sakit bagi mereka yang paling berisiko tertular COVID-19 yang parah, menurut data klinis.
Data itu memicu permintaan besar untuk obat di Asia, dengan Korea Selatan, Singapura dan Australia mengumumkan kesepakatan serupa untuk membeli pil tersebut minggu ini. Taiwan dan Thailand juga sedang dalam pembicaraan dengan Merck, yang dikenal sebagai MSD di luar AS dan Kanada.
Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin mengatakan pemerintah telah menandatangani surat perjanjian untuk pembelian pada hari Kamis.
“Keputusan ini dibuat saat kami bersiap untuk transisi ke fase endemik, di mana kami dapat hidup berdampingan dengan virus dengan menambahkan perawatan inovatif baru sebagai ‘senjata’ untuk melawan COVID-19, selain vaksinasi dan tindakan kesehatan masyarakat lainnya,” kata Khairy dalam sebuah pernyataan.
Malaysia telah mencatat hampir 2,3 juta infeksi COVID-19, tertinggi ketiga di Asia Tenggara, tetapi secara bertahap mencabut pembatasan pergerakan dalam beberapa pekan terakhir karena jumlah kasus baru menurun di tengah program vaksinasi yang ditingkatkan.
Sekitar 64 persen dari 32 juta penduduk Malaysia sekarang telah divaksinasi lengkap, termasuk 88 persen orang dewasa.
Pil eksperimental menjanjikan untuk varian virus corona
Reuters melaporkan, studi laboratorium menunjukkan bahwa obat antivirus COVID-19 oral eksperimental Merck & Co, molnupiravir, kemungkinan akan efektif pada pasien yang terinfeksi dengan salah satu varian virus corona yang diketahui, termasuk Delta yang dominan dan sangat mudah menular, kata para peneliti pada hari Rabu, 29 September 2021, dalam sebuah presentasi selama IDWeek 2021, pertemuan tahunan virtual organisasi penyakit menular.
Molnupiravir tidak menargetkan protein lonjakan virus, yang menjadi target semua vaksin COVID-19 saat ini. Sebaliknya, ia menargetkan enzim yang digunakan virus untuk membuat salinan dirinya sendiri. Ini dirancang untuk bekerja dengan memasukkan kesalahan ke dalam kode genetik virus. Data menunjukkan bahwa obat tersebut paling efektif bila diberikan pada awal perjalanan infeksi, kata Merck.