CakapCakap – Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) telah berkembang pesat belakangan ini. Cakap People pun tentu mengetahui perkembangan teknologi AI kini telah banyak membantu manusia. Bahkan, baru-baru ini salah satu perusahaan teknologi raksasa dunia, Google juga telah mengembangkan teknologi AI bernama Project Euphonia untuk membantu orang-orang dengan gangguan bicara untuk mengatasi kesulitan komunikasi dan bisa bicara dengan orang lain.
Para peneliti Google memanfaatkan teknologi AI untuk mengeksplorasi bagaimana teknologi itu bisa mengenali berbagai jenis pola bicara orang yang mengalami kesulitan komunikasi pada umumnya, dilaporkan oleh laman Detik.com. Gangguan bicara ini sendiri disebabkan kondisi neurologi, seperti terkena stroke, multiple sclerosis, cedera otak traumatis, parkinson, atau juga Amytotrophic Lateral Sclerosis (ALS). “Para peneliti dari Google AI sedang mengeksplorasi gagasan model komunikasi yang dipersonalisasi yang lebih dapat memahami berbagai jenis pembicaraan, serta bagaimana AI dapat membantu mereka yang tidak dapat berbicara untuk berkomunikasi,” ungkap CEO Google Sundar.
Dia mengaku pihaknya terus berupaya menyediakan pengenalan suara ini melalui Google Assistant di masa mendatang. Tetapi saat ini, Google membutuhkan lebih banyak sampel pembicaraan untuk melatih teknologi ini. Makanya, Google mengajak setiap orang yang kesulitan berbicara untuk ikut mengirimkan sampel suaranya mempercepat teknologi ini. “Ini contoh sempurna dari apa yang kami lakukan dengan membangun Google lebih bermanfaat bagi semua orang. Salah satu cara yang paling kuat, kami memberi bantuan pada pengguna melalui platform open source di Android,” pungkasnya.
Project Euphonia ini sendiri diperkenalkan dalam acara Google I/O Developer Conference 2019 baru-baru ini, seperti dilaporkan oleh laman Telko.id. Google bermitra dengan ALS Development Institute (ALS TDI) dan ALS Residence Initiative (ALS RI) untuk memahami penderita gangguan bicara. Mereka mulai merekam ribuan sampel suara. Salah seorang sukarelawan penderita ALS, Dimitri Kanevsky, melakukan komunikasi tercatat hingga 15 ribu frase. Kemudian, ucapan Dimitri itu diubah menjadi spektogram dan digunakan untuk melatih teknologi AI dalam memahami komunikasi sang pasien.
Program ini masih dalam proses pengembangan, dan Google terus berupaya membawa ke orang-orang yang berbicara bahasa Inggris dan menderita ALS. Selain itu, mereka juga ingin teknologi AI ini mampu menerjemahkan suara dan gerakan jadi tindakan, seperti mengucapkan perintah ke Google Home atau mengirim pesan teks. Luar biasa ya, Cakap People!