Seiring dengan berjalannya waktu, inovasi kian tampak di beberapa bidang. Tak hanya di bidang wisata saja, sebab kini hal-hal yang erat kaitannya dengan limbah pun dapat diinovasi dengan baik. Misalnya saja seperti yang dilakukan oleh mahasiswa dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada atau FT-UGM.
Mahasiswa FT-UGM tersebut melahirkan inovasi berupa purwarupa alat pencacah limbah plastik yang mana bisa digunakan untuk dijadikan sebagai campuran dari aspal sampai 20%. Tentu saja inovasi ini memiliki dampak yang cukup positif. Sebab dapat digunakan untuk mengurangi limbah plastik.
Apalagi pantai di negara kita termasuk yang paling kotor sedunia. Sontak saja pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan cara mengolahnya. Salah satu caranya dengan menggunakannya sebagai bahan campuran untuk aspal. Hal tersebut juga mendapat dukungan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Agar masyarakat ikut terlibat dalam upaya pengolahan limbah plastik ini, maka PUPR bersiap guna membeli seribu alat yang dihasilkan oleh mahasiswa tersebut. Alat pencacah itu merupakan produksi dari PT. Barata Indonesia yang akan dipasarkan di TPA sampah seluruh daerah. Nantinya limbah plastik bErupa kresek akan dicacah sampah ukurannya mencapai sekitar 4 mm. Dimana harga jualnya sekitar Rp 4 ribu untuk per kilonya.
Sebenarnya limbah plastik sendiri sudah mulai diteliti akan manfaatnya sejak tahun 2008 silam oleh pihak Balitbang PUPR. Kemudian penelitian terus-menerus dilanjurkan dan dikembangkan sedari tahun 2017. Aspal yang dibuat dari campuran plastik pun sudah diuji di beberapa ruas jalanan nasional Jakarta, Bekasi, Denpasar, Makassar, serta tol Tangerang-Merak.
Menurut uji lab di tahun 2017 oleh pihak Pusat Litbang Jalan, Kementerian PUPR, dan Balitbang, menjelaskan jika paduan aspal-plastik memiliki ketahanan yang lebih pada deformasi. Bahkan retak lelahnya pun juga dibandingkan bersama campuran aspal biasa.
Aspal yang dipadukan dengan limbah plastik pun tak mengurangi kualitas jalanan. Bahkan dapat membuat jalanan menjadi kian rekat. SaaT aspal panas tersebut dihampar, suhunya mencapai 1500 sampai 1800 C. Dimana plastik tak mengalami degradasi serta jauh dari batas degradasi sampah, yakni sekitar 250 derajat sampai 280 derajat C.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!