CakapCakap – Cakap People, tepat satu minggu berlalu, Palu, Donggala, dan Sigi di Sulawesi Tengah menyerupai area mati yang jauh dari kesukaan. Berbeda dengan kondisi seminggu sebelumnya yang masih ramai dengan hiruk pikuk masyarakatnya.
Daerah ini minggu lalu dilanda bencana gempa bumi dan tsunami dalam waktu yang berurutan, bahkan sampai sekarang gempa kecil masih sering terjadi. Selain itu, ada peristiwa yang langka dan mungkin belum pernah terjadi di Indonesia, yaitu LIKUIFAKSI. Apa itu Likuifaksi, Cakap People?
Ya, daerah bernama Sigi dan Petobo setelah tragedi gempa bumi ini langsung hilang, seolah ditelan oleh bumi. Keberadaan bangunan dan tumbuhan yang sebelumnya menjulang tinggi langsung hilang dengan sekejap. Lalu kemana hilangnya bangunan dan semua yang ada di atas tanah sewaktu gempa kemarin?
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengemukakan fenomena likuifaksi, yang akhirnya harus dialami oleh Sulawesi Tengah. Likuifaksi atau pencairan tanah ini adalah fenomena yang terjadi ketika tanah jenuh atau agak jenuh, menjadi kehilangan kekuatan dan kekakuannya secara mendadak.
Biasanya hal ini terjadi karena tegangan, getaran gempa bumi, atau perubahan ketegangan secara tiba-tiba. Akibatnya, tanah yang padat tadi berubah menjadi wujud cair, air benar, atau seperti lumpur.
Tragedi di Sulteng ini juga, dengan diawali oleh gempa bumi, permukaan tanah bergerak dan ambles. Setelah itu, bangunan menjadi hancur karena proses geologi yang mendadak terjadi, dan diperkirakan banyak korban terjebak di daerah tersebut. Banyak ahli mengatakan bahwa likuifaksi sangat rentan terjadi di daerah seperti Petobo, karena struktur tanahnya yang berpasir. Tanah yang seperti ini akan mudah bersentuhan dengan air. Lalu air apa yang menyebabkan Likuifaksi?
Sebenarnya air tersebut adalah air yang ada di dalam tanah, air sumur, atau air yang keberadaannya berada di bawah 10 meter dari permukaan tanah. Ketika tanah mengalami guncangan, maka air akan memiliki tekanan yang lebih besar, sehingga akan melakukan dorongan kesana kemari. Akhirnya terjadi dorongan yang tidak stabil jika bertemu dengan tanah yang memiliki struktur lemah seperti pasir.
Para peneliti mengatakan bahwa Palu memiliki potensi likuifaksi yang besar. Tahun 2012 lalu bahkan BNPB sudah pernah mengidentifikasi konstruksi tanah di Palu yang belum terikat atau masih gembur. Inilah yang menyebabkan daerah ini sangat berpotensi untuk mengalami likuifaksi.
Sungguh sangat menyedihkan, tragedi gempa yang terjadi di Palu ini memang menyita perhatian dunia. Korbannya yang mencapai angka ribuan, kerugian material sudah tidak terhitung lagi, memang begitu mencengangkan. Mari Cakap People kita dukung Palu, Donggala, Sigi dan daerah lainnya di Sulawesi Tengah untuk segera bangun dari keterpurukan pasca bencana dahsyat ini. [ED/YN]
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!