Rambu Solo adalah upacara adat pemakaman khas Tana Toraja. Dalam upacara ini, terdapat sebuah pertunjukan kesenian di mana menjadi salah satu rangkaian Rambu Solo. Krena rangkaian tersebut, upcara adat ini juga memakan waktu cukup lama pula. Sehingga upacara ini akan memakan biaya yang nggak sedikit. Semakin tinggi derajat seseorang yang meninggal, semakin besar dan mewah pula upcara Rambu Solo ini.
Untuk kalangan bangsawan, kerbau yang wajib dikurbankan sekitar 25-100 ekor di mana salah satunya wajib kerbau bule yang kisarannya bisa sampai ratusan juta. Dari orang tersebut meninggal, hingga upcara Rambu Solo ini dilaksanakan bisa mencapai waktu tahunan karena keluarga perlu mengumpulkan sanak saudara yang biasanya benar-benar mahal.
Sebelum masuk ke upacara adat Rambu Solo’, keluarga akan mengadakan pertunjukan kesenian. Prosesi kesenian ini memiliki makna sebagai bentuk penghirmatan sekaligus doa bagi yang meninggal. Pertunjukkan kesenian tersebut meliputi perarakan kerbau yang akan dikurbankan, penampilan musik daerah, tarian daerah, adu kerbau, dan penyembelihan kerbau.
Penyembelihan kerbau akan dilakukan secara khusus di mana penyembelih hanya menggunakan pisau kecil yang sekali tebas kerbau tersebut akan mati. Jumlah kerbau yang akan dikurbankan juga nggak sedikit, namun nggak sekaligus semuanya dikurbankan. Kerbau ini sudah mati ditebas akan dimasak dibagikan kepada seluruh masyarakat yang menghadiri upacara adat yang satu ini.
Acara puncak dari prosesi yang satu ini adalah prosesi Ma’popengkalo, namun sebelum itu keluarga sudah melaksanakan beberapa proses sebelumnya. proses tersebut diadakan dalam 4 proses yaitu, Ma’tudan Mebalun, Ma’roto, Ma’popengkalo, Ma’palao. Ma’tudan Mebalun adalah proses pembungkusan jenazah. Ma’roto adalah kegiatan di mana keluarga akan menghiasi peti jenazah menggunakan kain dari benang merah dan benang emas. Kemudian Ma’popengkalo yaitu proses pengarakan jenazah hingga ke lumbung tempat penyemayaman.
Para keluarga akan berdiri di bawah kain merah dan akan bersorak sorai tanpa terlihat adanya kesedihan. Namun, akan ada salah satu keluarga yang tiba-tiba menangis histeris saat peti akan dinaikkan ke atas punggung atau lumbung untuk disemayamkan. Di atas punggung tersebut terletak pula patung Tao-Tao yang bentuknya menyerupai jenazah semasa hidupnya lengkap dengan pakaian dan aksesoris semasa hidup. Dan yang terakhir adalah Ma’palao yang berarti proses pengarakan jasad dari dari area rumah tongkonan hingga ke kompleks pemakaman.
Upacara adat Rambu’ Solo ini tidak hanya memiliki keyakinan kehidupan setelah setelah mati, tetapi juga dari aspek sosial yang dapat dilihat dari keluarga, strata sosial, dan solidaritas masyarakat. Karena dari upacara adat Rambu Solo’ ini dapat mencerminkan martabat dan harga diri keluarga sang jenazah.
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!
One Comment
Leave a ReplyOne Ping
Pingback:Mau Rayakan Hari Kartini? Ternyata Pakaian Adat Bisa Disewa Lewat Online Lho! - CakapCakap