CakapCakap – Cakap People! Rumah duka di seluruh ibu kota China, Beijing, kewalahan mengatasi lonjakan permintaan pemakaman dan kremasi di tengah melonjaknya kasus COVID-19. Para pekerja dan pengemudi rumah duka di Beijing, kota dengan penduduk 22 juta jiwa, dites positif COVID-19 dan disebut dalam keadaan sakit.
Sekedar diketahui, China melonggarkan kebijakan COVID-19 setelah pemerintah menyatakan bahwa strain Omicron telah melemah. Pelonggaran terjadi setelah penduduk memprotes kebijakan nol-COVID yang diperjuangkan oleh Presiden Xi Jinping.
Pelonggaran itu membuat China menyatakan penduduk dengan gejala ringan dirawat di rumah. Mereka baru dirawat dirumah sakit ketika gejala menjadi parah.
Di Beijing, pegawai yang terinfeksi COVID-19 telah memukul berbagai sektor mulai dari restoran, perusahaan kurir hingga karyawan di rumah duka.
“Kami memiliki lebih sedikit mobil dan pekerja sekarang,” kata seorang staf di Rumah Duka Miyun kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa ada tumpukan permintaan untuk layanan kremasi. “Kami memiliki banyak pekerja yang dinyatakan positif.”
Belum jelas apakah perjuangan untuk memenuhi permintaan kremasi yang meningkat disebabkan oleh meningkatnya kematian terkait COVID. Di Rumah Duka Huairou, jenazah harus menunggu selama tiga hari sebelum dapat dikremasi. “Anda bisa membawa jenazah ke sini sendiri, baru-baru ini sibuk,” kata staf itu.
Otoritas kesehatan China terakhir melaporkan kematian akibat COVID-19 pada 3 Desember. Di Beijing, kasus kematian terakhir pada 23 November 2022.
Namun outlet berita China, Caixin melaporkan pada Jumat bahwa dua jurnalis media veteran pemerintah telah meninggal setelah tertular COVID-19 di Beijing. Pada Sabtu, Caixin melaporkan seorang mahasiswa kedokteran berusia 23 tahun di Sichuan meninggal karena COVID-19 pada 14 Desember 2022.
Pencabutan kebijakan ultra-ketat China yang tiba-tiba diperkirakan bisa menyebabkan kasus kematian akibat COVID melonjak. Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) yang berbasis di AS memperkirakan angka kematian COVID-19 di China tahun depan bisa menembus 1 juta orang.
Seandainya kebijakan itu dicabut lebih awal, misalnya pada 3 Januari 2022, 250.000 orang di China akan meninggal, kata ahli epidemiologi China terkemuka Wu Zunyou pada Sabtu.
Pada 5 Desember 2022, proporsi pasien COVID-19 yang sakit parah atau kritis telah turun menjadi 0,18 persen dari kasus yang dilaporkan. Wu menjelaskan, tingkat kematian China turun secara bertahap tanpa menjelaskan lebih lanjut.