CakapCakap – Cakap People! Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) mendapat kecaman setelah melarang pemain sepak bola Muslim ‘mengganggu pertandingan’ dengan berbuka puasa selama bulan suci Ramadhan. Media Prancis melaporkan berita ini pada Jumat pekan lalu, 31 Maret 2023.
FFF diketahui telah mengirim surat elektronik kepada wasit-wasit Prancis untuk mengingatkan mereka, bahwa mereka tidak diizinkan untuk menghentikan sementara pertandingan demi memberikan kesempatan pesepak bola Muslim berbuka puasa.
Eric Borghini, ketua Komisi Wasit Federal dan anggota Federasi Sepak Bola Prancis, mengatakan, penghentian pertandingan sepak bola seperti itu bertentangan dengan undang-undang liga.
“Sepak bola tidak memperhitungkan pertimbangan politik, agama, ideologis, atau serikat pekerja para aktornya,” tulis Borghini dalam email yang ditujukan kepada wasit yang bersumber dari L’Equipe, dilansir dari laman Dohanews, Senin 3 April 2023.
“Prinsip ini diberlakukan pada semua orang, instansi, klub, pemegang lisensi, wasit. Itu terserah semua pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa prinsip itu dihormati,” kata Borghini dalam email yang bocor ke publik.
Dengan beberapa pemain Muslim yang mendominasi skuat Les Bleus (Timnas Prancis) selama bertahun-tahun, putusan tersebut dianggap Islamofobia oleh banyak orang. Aneh karena pencapaian bersejarah negara Prancis itu datang dari kaki Karim Benzema, Zinedine Zidane, Franck Ribery, Paul Pogba, Ousmane Dembele, dan N ‘Golo Kante.
Berbeda dengan Prancis, Liga Primer Inggris justru akan memberikan kesempatan pesepak bola Muslim berbuka puasa lewat penghentian sementara laga selama beberapa menit saat adzan Maghrib berkumandang. Mengenai keputusan Liga Premier, Abdoulaye Doucoure dari Everton mengklaim federasi Inggris adalah “liga terbaik bagi umat Islam.”
“Di Liga Primer, kamu bebas melakukan apa pun yang cocok untuk kamu, mereka tidak akan pernah melakukan apa pun yang bertentangan dengan keyakinan kamu dan ini bagus,” kata pemain gelandang itu.
“Saya lahir di Prancis dan bekerja di sana, tetapi antara Prancis dan Inggris ada perbedaan besar. Orang Inggris adalah contoh yang bagus. Terkadang kamu harus mendengarkan orang dan memahami apa arti iman bagi mereka. Itu bukan pilihan penting bagi kami untuk melindungi keyakinan kami 100 persen,” kata Doucoure menambahkan.
“Saya selalu ingin berada di Liga Premier dan saya ingin tinggal lebih lama di sini. Ini adalah liga terbaik bagi umat Islam.”
Berita pelarangan Prancis telah memicu kemarahan di sebagian besar dunia, banyak yang menyoroti Islamofobia yang sedang dilakukan oleh otoritas Prancis.
“Larangan yang tidak masuk akal. Sekularisme tidak ada hubungannya dengan itu,” tulis seorang pengguna di Twitter sebagai tanggapan atas keputusan tersebut.
“Tidak ada yang mengejutkan saya yang datang dari Prancis,” warnet lain menambahkan komentar sehubungan dengan email Borghini yang bocor.