CakapCakap – Cakap People! Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyampaikan permohonan maaf dan penyesalannya pada Jumat, 25 September 2020, karena telah menembak mati warga Korea Selatan. Pyongyang mengatakan, pasukannya menembak pria itu sebagai bagian dari tindakan untuk memerangi COVID-19. Demikian diungkapkan penasihat keamanan nasional Korea Selatan, ketika kemarahan publik dan politik atas pembunuhan itu meningkat.
Menurut laporan Reuters, permintaan maaf itu datang setelah Departemen Front Bersatu Korea Utara, yang menangani atas hubungan lintas batas, mengirim surat ke kantor Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, sehari setelah Seoul menyatakan tentara Korea Utara membunuh seorang warga Korea Selatan sebelum menyiram tubuhnya dengan minyak dan membakarnya.
Surat yang langka dari Korea Utara itu datang ketika Moon menghadapi dampak politik yang intens atas insiden tersebut, yang bertepatan dengan dorongan baru untuk langkah-langkah melibatkan Pyongyang minggu ini.
“Ketua Kim Jong Un meminta untuk menyampaikan perasaannya bahwa dia sangat menyesal atas kejadian tak terduga dan tidak menyenangkan yang terjadi di perairan kita yang sangat mengecewakan Presiden Moon Jae-in dan rekan-rekannya di Selatan,” kata Suh Hoon, penasihat keamanan Korea Selatan.
“Surat itu merupakan tanggapan cepat atas permintaan kami dan berisi penjelasan atas insiden tersebut, permintaan maaf dan janji untuk mencegah terulangnya kembali,” katanya dalam sebuah briefing.
Penembakan terhadap pria tersebut, pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan Korea Selatan berusia 47 tahun yang menghilang dari kapal patroli dan berakhir di perairan Pyongyang, Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengungkapkan pada Kamis, 24 September 2020.
Pria itu berada di atas kapal di dekat Pulau Yeonpyeong, perbatasan Barat Korea Selatan dan Korea Utara.
Setelah melakukan analisis intelijen, militer Korea Selatan “mengonfirmasi bahwa Korea Utara menembaki seorang warga Korea Selatan yang mengapung di perairan dan membakar tubuhnya,” kata Kementerian Pertahanan Korea Selatan seperti dikutip Reuters.
“Tentara Korea Utara melepaskan lebih dari 10 tembakan ke pria itu, setelah dia tidak mengungkapkan identitasnya dan mencoba melarikan diri, ungkap Suh, mengutip isi surat dari Korea Utara.
Tetapi, surat tersebut menyebutkan, tentara Korea Utara membakar pelampung yang pejabat Korea Selatan gunakan, berdasarkan panduan penanganan virus corona mereka, dan bukan tubuhnya.
“Pasukan Korea Utara tidak dapat menemukan penyusup tak dikenal selama pencarian setelah melepaskan tembakan, dan membakar perangkat tersebut di bawah langkah-langkah pencegahan penyakit darurat nasional,” kata Suh mengacu ke surat itu, seperti dilansir Reuters.
Tidak segera jelas, bagaimana pria itu bisa berada di dalam air. Laporan sebelumnya mengatakan, sepatunya ditemukan di kapal patroli, yang mengarah ke spekulasi dia mungkin mencoba membelot.
Berita penembakan itu datang sehari setelah Moon mengusulkan inisiatif regional baru termasuk Korea Utara ke Majelis Umum PBB untuk mengatasi krisis seperti virus orona dan ketegangan hubungan dengan Pyongyang.
Moon juga menegaskan kembali bahwa Perang Korea 1950-53, yang berakhir dengan gencatan senjata, harus diakhiri secara resmi.
Pada hari Jumat, dalam pidatonya untuk Hari Angkatan Bersenjata, Moon tidak menyebutkan insiden tersebut, atau Korea Utara, tetapi berjanji untuk melindungi publik.
Pada tahun 2008, pasukan Korea Utara pernah menembak dan membunuh seorang turis Korea Selatan yang berjalan ke daerah terlarang saat tinggal di sebuah kompleks resor di Utara, yang berakibat menghentikan proyek pariwisata bersama.
Komandan Pasukan AS-Korea Selatan Robert Abrams menyatakan pada awal bulan ini, Korea Utara mengeluarkan perintah tembak-untuk-membunuh untuk mencegah virus corona memasuki negara itu dari China, menciptakan “zona penyangga” di perbatasan dengan tentara pasukan khusus yang siap membunuh.