CakapCakap – Cakap People! Asmat, salah satu daerah di bagian timur Indonesia yang memiliki alam yang sangat indah dan unik. Bentang alamnya diliputi oleh rawa dan tanah lumpur sehingga segala aktivitas dilakukan di atas papan. Kehidupan di Asmat sangat identik dengan alam, sehingga orang Asmat terbiasa untuk tinggal dihutan berminggu-minggu untuk mencari dan mengambil makanan.
Merupakan hal yang lumrah apabila para orang tua di Asmat lebih mementingkan untuk mengajarkan anak-anaknya cara bertahan hidup dan mencari nafkah daripada pendidikan formal. Dari kondisi inilah yang menyebabkan adanya kesulitan untuk mendidik generasi penerus di Asmat.
Namun, bagi seorang Herlina, kondisi hidup masyarakat Asmat justru menantang bagi dirinya. Herlina Sopia Silubun, seorang perempuan peranakan Kei-Jawa yang saat ini merupakan Kepala Sekolah SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam. Herlina bertekad untuk mengabdikan dirinya memajukan generasi penerus Asmat di bidang pendidikan.
“Waktu kecil, saya tidak pernah punya cita-cita menjadi guru. Saya mau menjadi Suster biarawati. Tetapi, bapak saya tidak merestui, sehingga waktu selesai SMP YPPK St. Yohanes Pemandi Agats tahun 2003, saya melamar ke Kolose Pendidikan Guru (KPG) Merauke dan lulus. Sejak saat itu, saya belajar mencintai panggilan sebagai guru,” tutur Herlina saat diwawancari oleh tim KOMPAKLANDASAN dengan mata yang berkaca-kaca.
Saat ini, Herlina tinggal di rumah guru bersama suami dan anak-anaknya di kompleks sekolah pada kampung Ayam. Dirumahnya, dia juga membuka kios kecil yang menjual kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekitar. Tak jarang pula, Herlina menerima anak-anak disekitar rumahnya untuk datang belajar membaca dan menulis pada sore hari.
Di sekolah, Herlina merupakan salah satu guru yang terbilang muda. Tapi dia tetap percaya diri untuk mengajar dan mendidik anak-anak Asmat agar bisa seperti anak-anak di kota.
“Saya punya prinsip melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Saya tidak mau mencampuri urusan guru lain. Sebab, semua guru harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Karena itu, sebagai guru kelas, saya melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk mendidik anak-anak Asmat,” tutur Herlina.
Salah satu pengalaman berharga yang membulatkan tekad Herlina sebagai guru adalah ketika dirinya ditugaskan untuk mengajar sebagai guru kontrak di SD Inpres Yuni, Distrik Akat pada tahun 2009-2010. Disana, Herlina mengungkapkan bahwa tidak adanya guru disekolah sehingga anak-anak di SD Inpres Yuni terlantar. Melihat kondisi ini, Herlina bertekad untuk mengabdi dan memberikan hidupnya untuk anak-anak Asmat agar mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
“Saya memiliki moto hidup, ‘berjalan sesuai kehendak Tuhan. Saya mau melakukan yang terbaik untuk sesama. Saya mau orang yang berada di sekitar saya, baik para guru maupun anak-anak Asmat mendapatkan pelayanan terbaik dari saya. Karena itu saya selalu bekerja dengan tekun, setia, jujur, dan terbuka.”
Source : BaKTINews
Editor : Muh Resky Ariansyah
This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!
One Comment
Leave a ReplyOne Ping
Pingback:Replikasi PKSAI dan Tantangan Pengembangannya di Sulawesi Selatan - CakapCakap