CakapCakap – Cakap People! Beberapa turis atau wisatawan di Kyoto memperlakukan geisha sebagai pertunjukan aneh, mengambil foto mereka tanpa izin dan kadang-kadang bahkan sampai mengejar mereka dan menarik kimono mereka.
Kini, di kawasan Gion di Kyoto, Jepang, orang dilarang untuk mengambil foto para geisha tanpa izin di jalan khusus yang sering dikunjungi oleh geisha. Larangan itu diberlakukan setelah para geisha mengeluhkan tentang para wisatawan yang selalu mengganggu terus menerus.
https://www.instagram.com/p/B4zSP2ygxJ1/?igshid=2tyigeab9rva
Kawasan lingkungan ini adalah objek wisata terkenal karena jalan-jalannya yang beraspal batu, kuil-kuil kuno, kedai-kedai kayu dan mungkin yang terpenting adalah; geiko dan maiko (geisha) yang berjalan menuju ke dan dari pertunjukan malam mereka di daerah tersebut.
“Saya pernah melihat maiko menangis dan menangkis orang-orang yang ingin berfoto bersama mereka,” kata seorang penduduk setempat kepada The Guardian. “Mereka [para geisha] itu bukan pajangan. Ini adalah lingkungan kerja yang hidup.”
Bagi mereka yang melanggar larangan tersebut akan dikenakan denda sebesar ¥ 10.000 (USD 92), atau sekitar Rp 1,3 juta. Sejumlah tanda atau papan peringatan telah dipasang di gang-gang kecil di dekat jalan utama lingkungan Hanamikoji. Peringatan itu berisi tentang larangan dan besaran denda yang dikenakan jika mereka mengambil foto geisha tanpa izin, demikian menurut laporan NHK News.
Seperti diketahui, Jepang mencapai rekor ketika dikunjungi 28,7 juta wisatawan pada 2017, di mana jumlah tersebut meningkat 250 persen dari tahun 2012. Sebagian besar pengunjung berasal dari Cina; lainnya berasal dari Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, Thailand, dan Amerika Serikat.
https://www.instagram.com/p/B2liSb3gQU2/?igshid=a55u8acsflk8
Pemerintah setempat telah mengambil langkah untuk mencegah perilaku buruk wisatawan tersebut dengan mengembangkan aplikasi informasi wisata dan menyediakan perangkat seluler untuk didistribusikan oleh hotel dan penginapan. Aplikasi dan perangkat itu menjelaskan sopan santun dan kebiasaan atau tradisi setempat dalam bahasa Inggris dan Cina.
Kota di Jepang ini juga memiliki kamera pengintai (CCTV) yang mensurvei kondisi jalan-jalan.
“Kami akan mempelajari langkah-langkah apa yang efektif untuk menangani masalah yang berasal dari perbedaan tradisi ini,” kata seorang pejabat pemerintah kota Kyoto, seperti dikutip dari japantimes.co.jp.
3 Comments
Leave a Reply3 Pings & Trackbacks
Pingback:Inilah Restoran Ramen Terbaik di Tokyo, Versi Teknologi Kecerdasan Buatan - CakapCakap
Pingback:‘Jangan Dicampur dengan Menengah ke Bawah’: Presiden Jokowi Bilang Destinasi Wisata Labuan Bajo itu Super Premium - CakapCakap
Pingback:Japan Tourism Agency Luruskan Kabar Tentang Jepang Bakal Bayar Setengah dari Biaya Perjalanan Wisata Turis Asing - CakapCakap