CakapCakap – Beragam teknologi ramah lingkungan terus mendapat perhatian serius belakangan ini. Seperti yang Cakap People ketahui sendiri, setiap pihak berupaya untuk mengembangkan berbagai teknologi yang ramah lingkungan. Begitu pula dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang baru saja berhasil mengembangkan pembangkit listrik ramah lingkungan. Seperti dilansir laman Tempo.co, LIPI menghasilkan fuel cell untuk baterai lithium dalam bidang energi kelistrikan.
“Fuel cell merupakan piranti pembangkit listrik yang terbarukan dan ramah lingkungan, karena tidak bising dan produk sampingnya hanya air atau uap air. Memiliki keunggulan dengan efisiensi sampai 60 persen, fleksibel, portabel, kerapatan daya yang besar dan waktu start-up yang relatif lebih cepat. Kegiatan difokuskan pada pembuatan gas diffusion layer (GDL) untuk aplikasi charger ponsel. Bahan baku GDL berasal dari biomassa sabut kelapa sawit, sehingga bisa lebih ekonomis,” ungkap Kepala Pusat Penelitian Fisika LIPI, Rike Yudiyanti di Tangerang Selatan memberikan penjelasan lengkap.
Menurutnya, pengembangan teknologi produksi hidrogen sebagai bahan bakar fuel cell juga melalui proses elektrolisis daya rendah yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan CO2. CO2 yang dapat menimbulkan efek rumah kaca sehingga mempengaruhi perubahan iklim, digunakan sebagai katalis, sehingga energi listrik yang diperlukan untuk memecahkan air (water splitting) akan bisa menjadi hidrogen (H2) yang sangat rendah. Dengan begitu, berpeluang dibuat secara scale up atau massal.
Hasilnya dapat berupa baterai lithium-ion, yang saat ini menjadi baterai paling banyak digunakan, karena memiliki kehandalan desain ringan dan kompak, serta densitas yang besar. Perkembangan alat komunikasi saat ini, seperti gadget, akan sangat membutuhkan suplai energi dari perangkat baterai yang terpasang, sehingga baterai lithium–ion sangat dibutuhkan. “Pengembangan material elektroda yang digunakan sebagai elektroda baterai lithium–ion NaLiTiO dan LiMnFeSiPO4 berlisensi nasional, telah berhasil dilakukan peneliti di Pusat Penelitian Fisika LIPI,” kata Rike menambahkan.
Diungkap Rike lagi, ada dua jenis baterai yang mereka kembangkan, yakni baterai energi dan baterai daya. Baterai energi digunakan untuk aplikasi pemakaian daya rendah, sedangkan baterai daya digunakan untuk aplikasi yang memerlukan daya tinggi. “Pada kegiatan penelitian ini telah dihasilkan prototipe baterai bentuk pouchcell atau cylinder cell 18650,” pungkasnya. Keren ya, Cakap People!