CakapCakap – Di negara kita ini terdapat banyak sekali pahlawan dan pejuang daerah yang sangat berjasa Cakap People. Sebab, mereka mengabdikan diri guna mempelopori kejayaan bangsa. Terlebih, Indonesia merupakan salah satu negara yang sempat dijajah dalam kurun waktu yang terbilang lama. Guna bisa terlepas dari penjajahan, maka banyak pimpinan daerah yang melakukan pemberontakan guna melepaskan diri.
Salah satu ksatria daerah tersebut ialah Sultan Hasanuddin atau yang bernama lengkap Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana. Beliau merupakan Penguasa ke-16 dari Kesultanan Gowa sejak tahun 1653 sampai 1669. Sultan Hasanuddin lahir pada 12 Januari 1631 dan wafat pada 12 Juni 1670. Ia sempat dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia pada tanggal 6 November 1973. Lantas, bagaimana kisah heroik dari Sultan Hasanuddin? Ikuti ulasan berikut ini yuk!
1. Saat masih muda
Dulunya, Sultan Hasanuddin lahir di Kota Makassar, Kerajaan Gowa. Saat ini tempat tersebut telah jadi bagian dari Sulawesi Selatan. Ketika lahir, nama Sultan Hasanuddin ialah I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Sosoknya merupakan pangeran yang kedua dan putra dari Raja Gowa ke-15, yakni Sultan Malikussaid. Sewaktu naik ke tahta, Hasanuddin memang mengganti namanya menjadi Sultan Muhammad Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana.
2. Konflik demi konflik dengan penjajah
Saat sudah menduduki tahta, Sultan Hasanuddin harus berhadapan dengan kondisi yang cukup naik turun. Sebab, kala itu Belanda sedang mencoba menjajah wilayah Hindia bagian Timur. Ketika periode ini berlangsung, Kerajaan Gowa menjadi satu-satunya kerajaan terbesar di Indonesia Timur yang sama sekali belum terjajah oleh Belanda. Namun, ketika VOC di bawah pimpinan Kapten Cornelis Speelman pada tahun 1666, mereka berusaha untuk menguasai tiap kerajaan di wilayah Indonesia Timur guna melakukan monopoli pada perdagangan rempah. Kendati demikian, pihak VOC tak bisa menjajah Gowa.
Guna memberikan perlawanan pada perluasan wilayah jajahan koloni Belanda, maka Hasanuddin berusaha sekuat tenaga guna kembali mengumpulkan kekuatan militer dari kerajaan untuk menyerang Perusahaan Hindia Belanda dengan kolektif. Konflik demi konflik pun kian muncul antara Belanda dengan Sultan Hasanuddin. Konflik pertama tersebut muncul saat Belanda hendak berjuang guna melakukan monopoli rempah pada perusahaan Ambon. Hingga akhirnya kembali meluas sampai ke arah blokade di area pelabuhan Makassar dengan armada VOC sekitar tahun 1654 hingga 1655.
3. Konflik berkepanjangan membuat Hasanuddin turun tahta
Ternyata, Sultan Hasanuddin memiliki perjuangan panjang yang cukup melelahkan. Di mana akhirnya terjadi pertumpahan darah yang tak dapat dihindarkan. Akhirnya, Kerajaan Gowa tak memiliki pilihan lain selain berdamai dengan pihak Belanda. Alhasil, kemudian terjadi perjanjian Bugaya pada tanggal 2 Februari 1656. Tetapi, perjanjian tersebut ternyata merupakan strategi Belanda agar dapat menguasai perdagangan rempah di Gowa. Sehingga konflik kembali muncul. Akhirnya, konflik muncul lagi satu per satu. Hingga akhirnya Belanda meminta bantuan militer dari Batavia dan terjadilah perang antara Gowa dengan Belanda.
Perjuangan gigih Sultan Hasanuddin dan pasukannya harus terhenti di tangan Belanda. Sebab, benteng terakhir Gowa, yakni Benteng Sombaupu telah berhasil ditaklukkan oleh Belanda pada 12 Juni 1669. Akhirnya, Hasanuddin turun dari tahta dan meninggal satu tahun kemudian di usia 39 tahun. Tepatnya pada 12 Juni 1670 dan dikebumikan di Katangka, Makassar.
Menilik perjuangan Sultan Hasanuddin tersebut tentunya memberikan kita edukasi ya Cakap People jika kita beruntung hidup di era sekarang. Di mana sudah tak ada lagi penjajah dan pertempuran. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa mengenang jasa-jasa pahlawan seperti Sultan Hasanuddin.
One Comment
Leave a ReplyOne Ping
Pingback:Inilah Ke'te Kesu, Warisan Megah dari Kekayaan Tradisi Toraja - CakapCakap