in ,

Kematian COVID-19 Global Tembus 1 Juta Orang, Sekjen PBB: ‘Dunia Kita Tengah Mencapai pencapaian yang Buruk’

Setidaknya ada 5.400 orang yang meninggal akibat COVID-19 per harinya pada September ini.

CakapCakapCakap People! Angka kematian global yang disebabkan oleh virus corona baru telah mencapai lebih dari 1 juta orang. Statistik suram dalam pandemi ini telah menghancurkan ekonomi global, membebani sistem kesehatan dan mengubah kehidupan sehari-hari menjadi terbalik.

Sekarang, jumlah kematian COVID-19 tahun ini adalah dua kali lipat dari jumlah orang yang meninggal setiap tahun akibat malaria – dan tingkat kematian meningkat dalam beberapa pekan terakhir seiring meningkatnya infeksi di beberapa negara.

“Dunia kita tengah mencapai pencapaian yang buruk. Jumlah kematian tersebut bukan sekadar angka, namun nyawa manusia, nyawa ayah, ibu, istri, suami, kakak, adik, teman, dan kolega kita,” kata Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antnoio Guterres dalam pernyataan seperti dikutip Reuters, Selasa, 29 September 2020.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres terlihat di layar saat menyampaikan pidato dalam Dialog Iklim Petersberg di Berlin, 28 April 2020. KTT internasional ini diselenggarakan dengan cara konferensi video di tengah pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh Virus corona SARS-CoV-2. [Foto: EPA-EFE / MICHAEL KAPPELER / POOL]

Hanya butuh waktu tiga bulan buat COVID-19 menggandakan jumlah kematian dari sebelumnya sebanyak 500.000 jiwa. Sementara kematian pertama tercatat di China awal Januari lalu.

Dari penghitungan data yang dihimpun Reuters, setidaknya ada 5.400 orang yang meninggal akibat COVID-19 per harinya pada September ini. Ini setara 226 orang meninggal per jamnya atau 1 orang tiap detik.

“Banyak orang yang meninggal, banyak orang bahkan tak sempat mengucapkan perpisahan karena harus meninggal sendiri. Kondisi ini benar-benar mengerikan,” kata Juru Bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Harris.

Sementara itu, sejumlah ahli mengingatkan, di lapangan angka kematian berpotensi jauh lebih besar mengingat beberapa negara belum melakukan tes dan pencatatan yang laik.

Di sisi lain, melesatnya laju infeksi disebabkan sejumlah negara yang mencabut kebijakan lockdown lantaran efek buruknya terhadap ekonomi. Negara seperti Amerika Serikat (AS), Brasil, India yang bersama-sama menyumbang 45% dari total kematian secara global telah melonggarkan ketentuan pembatasan sosialnya.

“Masyarakat mesti mengantisipasi melonjaknya angka infeksi dalam beberapa waktu ke depan,” kata Wakil Presiden AS Mike Pence Senin, 28 September 2020. AS telah mencatat kematian sebanyak 205.312 jiwa, dan angka terinfeksi mencapia 7,18 juta orang.

Ilustrasi virus corona. [Foto: NEXU Science Communications via Reuters]

Sementara, India mencatat pertumbuhan angka infeksi paling tinggi di dunia, rata-rata ada 87.500 kasus baru yang terjadi sejak awal September. Dengan laju secepat itu, India diprediksi bakal melampaui tingkat terinfeksi AS sampai akhir tahun kelak.

Meski demikian, kondisi ini tak membuat Perdana Menteri India Narendara Modi Jadi lebih konservatif. Ia justru mendorong pelonggaran pembatasan sosial guna memulihkan ekonomi India.

Meskipun angka terinfeksi di India terus melaju, namun jumlah kematian di India akibat Covid-19 masih berada di bawah negara-bnegara seperti AS, Inggris, dan Brasil. Sampai Selasa, 29 September, tingkat kematian di India justru merupakan yang terendah sejak Agustus lalu dan ini turut membingungkan para ahli.

Sedangkan negara Asia lain yang telah menjadi salah satu episentrum pandemi seperti Korea Selatan cukup tenang menghadapi ancaman gelombang kedua ini. Pemerintah telah meminta warga untuk tetap berada di rumah menjelang liburan musim semi yang dimulai besok Rabu, 30 September.

Di negara-negara di Eropa yang menyumbang 25% angka kematian secara global telah diperingatkan oleh WHO untuk makin waspada, terutama saat menyambut flu musim dingin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Texas Darurat Bencana Amoeba Pemakan Otak, Korban Mulai Berjatuhan

Masuk Dalam Kelompok Virus Influenza, WHO Eropa: Virus Corona Baru Bisa Menjadi Infeksi Musiman