CakapCakap – Cakap People! Penembakan brutal yang dilakukan oleh Brenton Tarrant, 28 tahun, warga Australia telah menewaskan 50 orang dan membuat 50 orang korban lainya terluka.
Peristiwa itu terjadi di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, saat muslim sedang menunaikan ibadah sholat jum’at, 15 Maret 2019. Keluarga korban sangat terpukul akibat peristiwa tersebut.
Dikutip dari 9News, Rabu 20 Maret 2019, nenek pelaku penembakan brutal dua masjid di Christchruch, Selandia Baru, meminta maaf ke seluruh keluarga korban penembakan.
“Kami sangat prihatin terhadap keluarga korban yang meninggal dan terluka. Aku tidak dapat memikirkan hal lain selain kata-kata yang hancur,” ujar Marie Fitzgerald, 81 tahun.
Fitzgerald mengenang kembali sang cucu dikeluarganya. Sambil memilah-milah foto-foto lama, ia menyebut Brenton Tarrant sebagai anak.
Fitzgerald bercerita lebih lanjut bahwa selama bersekolah di Grafton High School, Brenton lebih menyukai menghabiskan waktu bermain game di komputer ketimbang menghabiskan waktunya dengan perempuan.
“Dia (Brenton Tarrant) menghabiskan banyak waktu bermain game di komputer, masuk dan keluar bemain game komputer,” kata dia.
“Kurasa dia (Brenton Tarrant) tak punya pacar, menikah terlalu sulit,” ucap dia.
Brenton Berubah Sejak Pergi ke Luar Negeri
Fitzgerald mengatakan, ayah Tarrant meninggal pada 2010 akibat kanker. Dia menuju Eropa tepat ketika serangan kelompok ekstrim, yang mengatasnamakan Islam, meningkat.
“Sejak pergi ke luar negeri, kupikir anak (Brenton Tarrant) ini telah berubah total,” kata dia.
Fitzgerald mengatakan, terakhir bertemu Brenton 12 bulan lalu. Dia pulang ke Grafton untuk merayakan ulang tahun saudara perempuannya.
“Kami semua mengobrol dan makan bersama untuk merayakan itu dan sekarang semua orang terluka,” ujarnya mengenang Brenton Tarrant.
Keluarga pertama kali mengetahui tentang dugaan keterlibatannya dalam serangan ketika menonton televisi.
“Pertama-tama saya pikir tidak mungkin. Setelah itu saya melihat fotonya (Brenton Tarrant),” kata paman Tarrant, Terry Fitzgerald.
Saat ini, ibu dan saudara perempuan Brenton di rumah dan mendapat perlindungan ketat dari kepolisian. Keluarga akan membantu penyelidik untuk menetapkan apa yang mengubah sikap seorang anak desa yang menjadi pembunuh massal.
Brenton Tarrant telah didakwa sebagai pembunuh massal dalam penembakan yang dilakukannya. Sabtu, 16 Maret 2019 ia telah menjalani pemeriksaan di pengadilan. Sidang kembali akan dilanjutkan pada 5 April mendatang.
Brenton Tarrant takkan menggunakan jasa pengacara atas permintaanya sendiri pada sidang selanjutnya.
One Comment
Leave a ReplyOne Ping
Pingback:Fraser Anning, Senator Australia yang Pernah Dilempar Telur Kalah dalam Pemilu 2019 - CakapCakap