CakapCakap – Cakap People! Pola makan dengan mengonsumsi makanan yang murah dan modern seperti mie instan mudah membuat perut kenyang tetapi membuat tubuh kekurangan nutrisi utama, yang telah menyebabkan jutaan anak kurus dan kelebihan berat badan di Asia Tenggara, kata para ahli.
Dilansir dari Channel News Asia, Jumat, 18 Oktober 2019, kondisi itu ditemukan di Filipina, Indonesia dan Malaysia dengan tingkat ekonomi yang berkembang pesat dan standar kehidupan yang meningkat, namun banyak orangtua yang bekerja tidak memiliki waktu, uang atau kesadaran untuk menghindari makanan yang membahayakan anak-anak mereka.
Di ketiga negara itu, rata-rata 40 persen anak-anak berusia lima tahun ke bawah mengalami kekurangan gizi, lebih tinggi dari rata-rata global, yaitu 1 dari 3 anak. Demikian menurut laporan yang dikeluarkan UNICEF, badan anak-anak PBB, pada Selasa, 15 Oktober 2019.
“Orang tua percaya bahwa mengisi perut anak-anak mereka adalah hal yang paling penting. Mereka tidak benar-benar memikirkan asupan protein, kalsium, atau serat yang memadai,” kata kata Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Hasbullah Thabrany, kepada AFP.
UNICEF mengatakan bahwa kondisi yang terjadi pada anak-anak tersebut merupakan gejala dari perampasan masa lalu dan prediktor kemiskinan di masa depan, sementara kekurangan zat besi merusak kemampuan anak untuk belajar dan meningkatkan risiko kematian wanita pada proses persalinan.
Masalah tersebut perlu ditangani dengan strategi yang tepat, mengingat jumlah anak balita di Indonesia sangat tinggi yakni sebanyak 24,4 juta anak per akhir 2018, lebih tinggi dari jumlah balita di Filipina yakni 11 juta anak maupun dari Malaysia yang hanya sebanyak 2,6 juta anak.
Mueni Mutunga, spesialis nutrisi UNICEF Asia, menelusuri tren yang ada pada keluarga di negara berkembang tersebut, yakni keluarga yang mulai meninggalkan pola makan tradisional dan beralih ke makanan “modern” yang terjangkau, mudah diakses dan mudah disiapkan.
“Mie instant itu mudah dan murah. Mie instant juga adalah pengganti makanan dengan gizi seimbang, karena bisa cepat dan mudah dimasak,” katanya seperti dilansir dari AFP, Kamis, 17 Oktober 2019.
Pemerintah dinilai perlu melakukan intervensi untuk mengembalikan gaya hidup masyarakat Asia Tenggara kembali ke pola makan sehat dari saat ini yang terlalu banyak mengkonsumsi mie instant.
“Kondisi ini juga efek dari promosi dan periklanan yang sangat agresif. Mie instant didistribusikan secara besar-besaran dan tersedia di mana-mana, bahkan di tempat-tempat paling terpencil,” kata Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI Hasbullah Thabrany.
Indonesia adalah konsumen mie instan terbesar kedua di dunia, di belakang China, dengan 12,5 miliar porsi pada tahun 2018, menurut World Instant Noodles Association. Angka tersebut lebih dari total yang dikonsumsi oleh India dan Jepang.
UNICEF juga menyebutkan sumber-sumber makanan yang kaya nutrisi seperti buah-buahan, sayuran, telur, susu, ikan dan daging mulai menghilang dari pola makan masyarakat khususnya penduduk dari pedesaan yang pindah ke kota demi mencari pekerjaan.