CakapCakap – Cakap People! Sebanyak 96 orang tewas akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Hawaii yang telah berlangsung selama sepekan terakhir.
Gubernur Hawaii Josh Green mengatakan korban meninggal bakal terus bertambah seiring dengan kobaran api yang belum kunjung terkendali.
“Ini akan terus meningkat. Kami ingin menguatkan orang untuk itu,” kata Green, seperti dikutip AFP.
Jumlah korban tewas kali ini disebut-sebut membuat insiden kebakaran ini menjadi peristiwa kebakaran paling mematikan di Hawaii sejak 1918. Saat itu, 453 orang tewas di Minnesota dan Wisconsin.
Lantas kenapa banyak warga yang tak bisa lolos dari kebakaran?
Banyaknya korban imbas karhutla ini diduga akibat sistem peringatan dini yang kurang baik di wilayah Lahaina. Banyak penduduk yang mengeluhkan bahwa pencegahan dini mestinya bisa dilakukan, sebelum api melalap habis rumah mereka.
“Bukit di belakang kami terbakar dan tidak ada yang memberi tahu kami,” kata salah satu penduduk Vilma Reed kepada AFP.
Ia kemudian berujar, “Anda tahu kapan kami menyadari ada api? Saat api di seberang jalan dari kami.”
Pihak berwenang disebut telah mengirim peringatan darurat ke ponsel, radio, dan televisi. Namun, di tengah pemadaman listrik dan layanan seluler oleh pemerintah, belum diketahui berapa banyak dari peringatan itu yang sampai ke penduduk.
Senator Hawaii Mazie Hirono mengatakan saat ini pihaknya tengah menunggu hasil penyelidikan oleh jaksa agung negara bagian terkait lambatnya peringatan.
“Saya tidak ingin membuat alasan untuk tragedi ini,” kata Hirono kepada CNN.
“Kami benar-benar fokus, sejauh yang saya ketahui, pada kebutuhan penyelamatan, dan lokasi lebih banyak korban jiwa.”
Kebakaran ini telah merusak setidaknya 2.200 bangunan, yang menurut perkiraan resmi, senilai 5,5 miliar dolar atau setara Rp84 triliun.
Kebakaran ini sendiri bermula dari semak yang terbakar di distrik Kula, Kota Maui, pada 8 Agustus malam. Kebakaran itu akibat kekeringan lahan yang melanda Hawaii sehingga menimbulkan kobaran api yang menjalar cepat.
Api kemudian merembet ke area lain hingga ke Kota Lahaina. Kebakaran ini juga diperparah dengan kemunculan Topan Dora, yang membuat kobaran api kian meluas.
Kondisi ini pun diakui oleh Green bahwa otoritas sulit berbuat banyak di tengah kobaran api dan angin kencang.
Angin kencang ini sendiri dilaporkan berembus hingga 67 meter per detik di sejumlah wilayah di Maui. Situasi ini memungkinkan api bergerak lebih cepat dan menjangkau lebih banyak wilayah.