in ,

Kasus Infeksi COVID-19 Pertama Kali Dikonfirmasi di Pembangkit Listrik Nuklir Chernobyl

Di Chernobyl, pembangkit listrik tenaga nuklir tetap beroperasi untuk pemantauan radiasi dan hal-hal penting lainnya.

CakapCakapCakap People! Virus corona baru telah menginfeksi lebih dari 9,5 juta orang di seluruh dunia dan merenggut lebih dari 485 ribu nyawa hingga saat artikel ini diturunkan. Virus ini juga telah menjangkau hingga ke 213 negara dan teritori di dunia sejak kasus pertama diidentifikasi di Wuhan, China pada akhir Desember 2019.

Ketika virus ini telah menguasai dunia sejak lebih dari enam bulan terakhir, kasus infeksi virus corona (COVID-19) untuk pertama kalinya baru dikonfirmasi terjadi pada pekerja di pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl, Ukraina. Hal ini dinyatakan oleh badan negara Exclusion Zone Management pada Selasa, 23 Juni 2020.

Foto: AP / Mykhailo Markiv

Dalam pernyataan itu, badan negara menerima informasi tentang pekerja Chernobyl yang didiagnosis COVID-19 satu hari lalu. Namun, karyawan yang terinfeksi terakhir kali berada di area pabrik nuklir pada 9 Juni, karena ia kemudian libur atau melakukan pergantian shift.

“Karyawan itu saat ini berada dalam pengawasan dokter,” ujar pernyatan dari badan Exclusion Zone Management, dilansir Sputnik News.

Ukraina memberlakukan karantina nasional pada pertengahan Maret untuk mengendalikan penyebaran COVID-19. Meski demikian, pada 11 Mei lalu, aturan pembatasan ini mulai dilonggarkan.

Di Chernobyl, pembangkit listrik tenaga nuklir tetap beroperasi untuk pemantauan radiasi dan hal-hal penting lainnya. 

Terdapat aturan keselamatan bagi para pekerja yang bertugas untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.

Di Ukraina, lebih dari 40.000 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi hingga Kamis, 25 Juni 2020 waktu Indonesia, dengan jumlah kematian 1.067. Sementara, total pasien yang dinyatakan sembuh adalah 17.758 orang, berdasarkan data yang dihimpun Worldometers.

Ilustrasi COVID-19. [Foto: CNN]

Sejak insiden ledakan yang terjadi pada 26 April 1986, reaktor yang rusak telah ditutupi oleh sarkofagus beton raksasa untuk menghentikan lebih banyak bahan radioaktif yang lepas. 

Personel pembangkit listrik tenaga nuklir memantau radiasi, dan akhirnya berencana untuk membongkar sarkofagus beton dan menghilangkan bahan bakar nuklir. Bahaya dari radiasi akibat insiden itu pun masih menjadi ancaman. 

Dilaporkan sekitar 190 ton radioaktif terlepas ke atmosfer ketika kecelakaan terjadi, membuat banyak orang yang terkena dampak 400 kali lebih besar dibandingkan tragedi nuklir terburuk lainnya, yaitu bom atom di Hiroshima, Jepang saat masa Perang Dunia II.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mencairnya Gletser di Selandia Baru Bisa untuk Cukupi Persediaan Air Minum Nasional

Hal-hal yang Perlu Diketahui Tentang Gaji ke-13 PNS, Waktu Pencairan Hingga Besarannya!