CakapCakap – Cakap People! Presiden Joko Widodo mengatakan pada Kamis, 1 Juli 2021, bahwa Indonesia akan memberlakukan tindakan darurat atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai Sabtu, 3 Juli hingga 20 Juli 2021, untuk menahan lonjakan eksponensial kasus virus corona yang telah membebani sistem medis.
Ada peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kasus virus di negara terpadat keempat di dunia ini dalam beberapa pekan terakhir, memicu peringatan dari para ahli kesehatan bahwa wabah itu bisa seburuk gelombang kedua yang menghancurkan India jika tindakan yang lebih ketat tidak diterapkan.
“Dengan kerja sama kita semua dan rahmat Tuhan, saya yakin kita dapat menekan penularan COVID-19 dan memulihkan kehidupan masyarakat dengan cepat,” kata presiden yang akrab disapa Jokowi itu saat mengumumkan langkah-langkah pembatasan yang lebih ketat.
Pemberlakuan PPKM Darurat ini bertujuan untuk mengurangi separuh jumlah kasus virus harian menjadi kurang dari 10.000, dan termasuk pembatasan yang lebih ketat pada pergerakan dan perjalanan udara, larangan makan di restoran dan penutupan kantor-kantor non-essensial.
PPKM Darurat ini akan diberlakukan di pulau Jawa terpadat dan pulau liburan Bali.
Rekor baru 24.836 infeksi baru dan 504 kematian
Bergulat dengan wabah terburuk di Asia Tenggara, Indonesia telah melaporkan rekor kasus COVID-19 harian dalam tujuh dari 11 hari terakhir, termasuk pada hari Kamis, 1 Juli 2021, dengan 24.836 infeksi baru dan 504 kematian, keduanya merupakan angka tertinggi baru.
Indonesia telah mencatat sekitar 2,2 juta kasus secara keseluruhan dan 58.995 kematian.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berjanji untuk meningkatkan pengujian dan mengatakan Australia menyumbangkan A$77 juta ($57,7 juta) untuk membantu membeli vaksin dan lebih banyak vaksin lagi akan segera tiba, termasuk empat juta dosis vaksin Moderna yang disumbangkan oleh Amerika Serikat.
Indonesia, yang sebagian besar bergantung pada vaksin Sinovac China, bertujuan untuk menginokulasi 181,5 juta orang pada Januari tetapi baru mencapai sekitar 7,5% dari target itu.
SITUASI MENGERIKAN
Presiden Jokowi telah lama enggan untuk mengambil langkah-langkah yang berpotensi memukul perekonomian.
Varian Delta yang sangat mudah menular yang menyebabkan lonjakan kasus di India pada bulan April dan Mei, membanjiri fasilitas kesehatan dan membanjiri krematorium, menyebar di Indonesia.
Rumah sakit di seluruh Jawa yang padat sedang didorong ke tepi jurang. Di ibu kota, Jakarta, beberapa bangsal darurat telah dipindahkan ke tenda-tenda yang didirikan di tempat parkir rumah sakit untuk membebaskan ruang isolasi, sementara orang-orang mengantri untuk membeli tangki oksigen untuk kerabat yang sakit di rumah.
Tingkat hunian tempat tidur di rumah sakit Jakarta mencapai 93% minggu ini. Rumah sakit di seluruh Jawa juga hampir penuh.
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, mengatakan pada konferensi pers bahwa pembatasan akan dievaluasi setelah tiga minggu dan dapat diperpanjang jika infeksi tidak turun.
Namun, beberapa pakar kesehatan masyarakat mempertanyakan seberapa efektif tindakan darurat selektif itu.
“Kalau pemerintah setengah hati, tetap sama saja,” kata Defriman Djafri, ahli epidemiologi Universitas Andalas Padang di Pulau Sumatera.
Alih-alih menerapkan penguncian nasional, Indonesia malah memilih pembatasan lokal di “zona merah” yang ditentukan, sebuah rencana yang sebelumnya dikatakan presiden dirancang untuk menghindari “mematikan” ekonomi.
Sebelum pembatasan diumumkan, Mercy Corps Indonesia menyatakan keprihatinan tentang “situasi yang mengerikan”
“Rumah sakit kebanjiran, sekitar satu dari lima tes di Indonesia dilaporkan kembali positif, dan kami mengalami lebih banyak kematian sekarang daripada titik pandemi manapun,” kata Ade Soekadis, direktur Mercy Corps, seperti dikutip Reuters.
“Mengkhawatirkan, seperti yang telah kita lihat di India dan Nepal, kita tahu itu hanya akan menjadi lebih buruk.”