CakapCakap – Tradisi di Keraton Yogyakarta ketika memasuki tanggal 1 Syawal, atau Hari Raya Idul Fitri adalah pesta rakyat yang biasanya disebut dengan Grebeg Syawal. Tetapi dengan kondisi bangsa ini yang sedang berjuang melawan pandemi, Keraton Yogyakarta meniadakan tradisi tahunan Grebeg Syawal ini, demi mencegah terjadinya kerumunan dan potensi persebaran pandemi. Walaupun demikian, Keraton tidak ingin makna Grebeg Syawal yang tidak pernah absen sepanjang tahun selama ini, hilang begitu saja karena agenda yang tidak bisa dilaksanakan.
Oleh sebab itu, pihak Keraton tetap membagikan kelengkapan gunungan (ubarampe) yang biasa diarak dan diperebutkan oleh warga, dalam bentuk paket-paket kecil. Keraton menyiapkan 2.700 tangkai rengginang, yang akan mewakili berkah Grebeg Syawal yang tahun ini terpaksa tidak bisa dilaksanakan.
GKR Condrokirono, Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, mengatakan bahwa prosesi pembagian ubarampe gunungan ini digelar di Bangsal Srimanganti, dan langsung dipimpin oleh GKR Mangkubumi. Pelaksanaannya tepat setelah warga biasanya menyelesaikan shalat Idul Fitri. Hal ini disebutkan beliau, merupakan suatu cara untuk tetap melestarikan tradisi ditengah pandemi.
Walaupun demikian, Condrokirono menyebutkan bahwa prosesi pembagian ubarampe ini tidak akan mengurangi raya syukur dan sedekah dari raja kepada kerabat dan seluruh rakyatnya. Pandemi ini membahwa tradisi Syawal di Keraton kembali ke zaman dulu, tidak dengan cara direbutkan seperti tahun-tahun dewasa ini.
Oh iya Cakap People, tradisi Grebeg Syawal sekarang ini juga sudah menjadi salah satu ikon wisata kerajaan di Yogyakarta. Biasanya selain masyarakat yang berebut gunungan dari Keraton, para wisatawan domestik ataupun mancanegara juga datang dalam agenda tersebut, mengagendakan satu keunikan dari kebudayaan Keraton Yogyakarta tersebut.
Dengan tidak meninggalkan tradisi Grebeg Syawal tahun-tahun sebelumnya, pembagian ubarampe tahun ini dimulai dengan prosesi perangkaian Gunungan dan diinapkan satu malam di Bangsal Srimanganti. Setelah itu, paginya ubarampe Gunungan didoakan oleh Abdi Dalem Kaji, dan didistribusikan kepada Abdi Dalem Keraton, Kepatihan, dan Puro Pakualaman. Dari masing-masing area, ubarampe harus dibagikan kepada petugas-petugas yang tersebar, agar nantinya tidak ada kerumunan yang terlalu banyak.
One Comment
Leave a ReplyOne Ping
Pingback:Rawan Kelaparan Saat Pandemi, Masyarakat Papua Gotong Royong Berkebun - CakapCakap