CakapCakap – Cakap People! Tampaknya pemerintah China telah menemukan seorang jurnalis Prancis untuk membantu memerangi tuduhan genosida.
Selama akhir pekan, saluran televisi milik negara China, CGTN, menyajikan artikel yang diduga ditulis oleh jurnalis Prancis bernama Laurène Beaumond.
Dalam artikel tersebut, Beaumond membela negara China yang dituduh melanggar setiap pasal Konvensi Genosida PBB atas perlakuannya terhadap komunitas Uighur di Xinjiang.
Selama beberapa bulan terakhir ini kita telah melihat semakin banyak informasi mengenai pelecehan sistemik yang mengerikan yang dilakukan terhadap komunitas minoritas Muslim Uighur di dalam kamp-kamp penahanan China, yang mendorong seperti Amerika Serikat dan Inggris, di antara negara-negara lain, untuk mengeluarkan sanksi.
Jurnalis Prancis, yang diklaim CGTN menyelesaikan gelar ganda dalam sejarah dan arkeologi dari Universitas Paris, membantah tuduhan genosida di dalam kamp-kamp China dan berjanji untuk melawan negara-negara seperti AS dan Inggris tentang masalah ini.
Beaumond diduga pindah ke China tujuh tahun lalu, dan mengklaim memiliki kerabat di Urumchi, yang merupakan ibu kota Xinjiang, tempat kamp penahanan minoritas Muslim Uighur berada.
“Saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi wilayah itu berkali-kali antara 2014 dan 2019, dan saya tidak mengenali Xinjiang yang mereka gambarkan yang saya ketahui,” tulisnya dalam artikelnya.
Namun, setelah mendengar ada seorang warga negara Prancis berbicara tentang masalah genosida yang diperdebatkan tersebut, surat kabar Prancis Le Monde akhirnya memutuskan untuk melakukan sedikit penggalian dan baru menyimpulkan bahwa sosok Laurène Beaumond itu sebenarnya tidak ada.
Le Monde melakukan penyelidikan apakah benar jurnalis dengan nama Laurène Beaumond pernah dilatih sebagai reporter di Prancis, di mana dia harus menyelesaikan gelar master dalam jurnalisme dan bekerja di ruang berita Paris untuk memenuhi syarat.
Karena cara kerja industri ini di Prancis, sebagian besar perusahaan berita terdaftar di komisi profesional, yang memberikan izin pers resmi dengan nomor registrasi individu kepada wartawan.
Menurut surat kabar Le Monde, tidak ada catatan tentang jurnalis tersebut yang pernah ada di Prancis, meskipun stasiun berita milik negara di China mengklaim bahwa Laurène Beaumond pernah bekerja di beberapa perusahaan media yang berbeda sebelum pindah ke Beijing.
Mungkin yang lebih mencurigakan adalah fakta bahwa bahasa yang digunakan oleh Beaumond sangat mirip dengan yang digunakan oleh rezim Beijing, ketika mengacu pada tuduhan genosida, yang mengarah pada artikel yang menyimpulkan bahwa apa yang disebut oleh jurnalis itu telah sepenuhnya dibuat-buat oleh pemerintah China, seperti dilansir Unilad.co.uk, Sabtu, 3 April 2021.