CakapCakap – Cakap People! Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan bertolak ke Ukrania dan Rusia pekan depan, dengan membawa misi penyelesaian konflik antar kedua negara. Misi ini merupakan bagian dari tugas Presidensi G20 yang diemban Indonesia saat ini.
Dengan begitu, Jokowi akan menjadi pemimpin Asia pertama yang melakukan perjalanan diplomatik tersebut. Rencana Jokowi ini sudah dikonfirmasi oleh Kementerian Luar Negeri pada Rabu, 22 Juni 2022.
Lawatan dalam kondisi ‘tidak normal’
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, kunjungan Presiden Joko Widodo, ke Kyiv dan Moskow akan dilakukan dalam situasi “tidak normal”. Indonesia akan melakukan advokasi untuk perdamaian dan meringankan krisis pangan global.
“Presiden menunjukkan kepeduliannya pada krisis kemanusiaan, dan akan mencoba berkontribusi mengatasi krisis pangan yang disebabkan oleh perang, yang dampaknya terasa di semua negara, terutama negara berkembang dan berpenghasilan rendah,” ungkap Menlu dalam konferensi pers.
Jokowi direncakan akan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin, setelah sebelumnya mengundang keduanya untuk menghadiri KTT G20 di pulau Bali. Kemlu menyebut Indonesia “akan terus mendorong semangat perdamaian.”
Kantor berita Rusia TASS melaporkan, Jokowi dijadwalkan melakukan pertemuan dengan presiden Valdimir Putin di Moskow tanggal 30 Juni mendatang.
Meski demikian, Kemlu dan sekretariat Presiden tidak merinci apa yang akan disampaikan Jokowi dalam pertemuan tersebut.
Kunjungi KTT G7
Dalam lawatannya ke Eropa, Presiden mula-mula diagendakan untuk menghadiri KTT G7 di Jerman. Ajang ini diharapkan mampu menjadi jembatan untuk menghubungkan negara-negara maju dalam kelompok G7 dengan negara-negara berkembang yang berada di G20.
Kunjungan Jokowi ke KTT G7 akan membahas isu-isu ketahanan pangan, termasuk pembahasan tentang kepentingan global pada produk Rusia dan Ukraina yakni gas alam, minyak bumi, gandum dan barley. Indonesia tercatat sbagai importir besar gandum dar Ukraina, dengan volume sekitar 3 juta ton pada 2021.
“Situasinya sangat kompleks saat ini. Perang yang terus berlanjut akan berdampak pada kemanusiaan termasuk krisis pangan, energi, dan keuangan,” ungkap Retno Marsudi.
Menlu juga mengatakan, sebagai ketua G20 saat ini, presiden Jokowi telah berkomunikasi dengan pimpinan PBB, Jerman, dan Turki terkait impak perang dan untuk mencari jalan keluar dari krisis yang terjadi.