in ,

Johnson & Johnson Berencana Segera Menguji Vaksin COVID-19 pada Remaja dan Anak Usia 12-18 Tahun

J&J mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya saat ini sedang berdiskusi dengan regulator dan mitra mengenai dimasukkannya populasi anak dalam uji coba.

CakapCakapCakap People! Johnson & Johnson berencana untuk mulai menguji vaksin COVID-19 eksperimental pada remaja berusia 12 hingga 18 tahun sesegera mungkin, dan pengalaman perusahaan sebelumnya dengan teknologi yang sama dalam vaksin yang berhasil digunakan pada anak-anak bisa bekerja sama dengan regulator.

“Kami berencana untuk menguji pada anak-anak sesegera mungkin, tetapi ini sangat hati-hati dalam hal keamanan,” kata Dr. Jerry Sadoff dari J&J pada pertemuan virtual Komite Penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS tentang Praktik Imunisasi pada hari Jumat, 30 Oktober 2020, seperti dikutip Reuters.

Ilustrasi vaksin COVID-19. [Foto: Reuters]

Bergantung pada keamanan dan faktor lainnya, perusahaan berencana untuk menguji bahkan pada anak-anak yang lebih kecil setelahnya, kata Sadoff, seorang ilmuwan penelitian vaksin di unit J & J’s Janssen, tanpa memberikan batas waktu.

J&J mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya saat ini sedang berdiskusi dengan regulator dan mitra mengenai dimasukkannya populasi anak dalam uji coba.

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS mengatakan, penting bagi pembuat obat untuk menguji vaksin mereka pada anak-anak. Beberapa dokter telah menyuarakan keprihatinan bahwa vaksin itu sendiri dapat memicu kondisi langka yang mengancam nyawa yang disebut Sindrom Peradangan Multisistem pada beberapa anak.

Produsen obat pesaing J&J, Pfizer Inc telah mulai menguji vaksin COVID-19 yang dikembangkannya dengan BioNTech Jerman pada anak-anak berusia 12 tahun. Vaksin mereka menggunakan messenger RNA (mRNA), sebuah teknologi baru yang belum menghasilkan vaksin yang disetujui.

Ilustrasi dua remaja. [Foto: Pixabay]

Semenatara J&J’s menggunakan virus flu untuk mengirimkan materi genetik virus corona untuk memacu respons imun. Platform – disebut AdVac – digunakan dalam vaksin untuk Ebola yang disetujui di Eropa awal tahun ini dan digunakan pada lebih dari 100.000 orang, termasuk bayi, anak-anak, dan wanita hamil.

“Sejarah keamanan teknologi seharusnya penting bagi regulator,” kata Dr. Paul Spearman, direktur divisi penyakit menular Rumah Sakit Anak Cincinnati.

“Sebagian besar toksisitas akan datang dari platform dan bukan dari memasukkan sisipan yang berbeda ke dalam platform,” lanjut Spearman. Jadi, mengganti materi genetik Ebola dengan materi virus corona baru” sepertinya tidak akan memberi Anda masalah besar, ” tambahnya.

J&J mulai menguji vaksin pada orang dewasa dalam studi Tahap III yang melibatkan 60.000 sukarelawan pada akhir September. Uji coba itu harus dihentikan di awal bulan ini karena peristiwa medis serius pada salah satu peserta. Namun, penelitian tersebut sudah dilanjutkan minggu lalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sekuel ‘Petualangan Sherina’ Bakal Dirilis Jelang Akhir 2021

Terlambat Merilis iPhone, Apple Terpaksa Harus Kehilangan 100 Miliar Dolar Nilai Sahamnya