CakapCakap – Cakap People! Komandan senior Angkatan Laut (AL) Amerika Serikat (AS) di Asia pada Kamis, 19 November 2020, menyambut baik keputusan Jepang dan Australia yang memperketat kerja sama militer, di mana langkah ini akan mendukung Amerika Serikat di kawasan yang saat ini coba dikuasai China.
Seperti diketahui, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada hari Selasa, 17 November 2020, menyepakati prinsip Perjanjian Akses Timbal Balik (Reciprocal Access Agreement – RAA) yang akan lebih dekat menyelaraskan sekutu AS melalui kerangka hukum yang memungkinkan pasukan masing-masing negara itu untuk berkunjung melakukan latihan dan operasi militer bersama.
“Kesepakatan semacam itu sangat membantu dan mendorong semua pihak di wilayah ini (Indo-Pasifik). Kami sangat mendukung perjanjian itu dan kami berharap dapat berlatih bersama dengan mereka,” kata Wakil Laksamana William Merz, komandan Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, yang bermarkas di Jepang, dalam konferensi meja bundar, seperti dikutip dari laporan Reuters, Kamis, 19 November 2020.
Pakta militer antara Canberra dan Tokyo — keduanya adalah sekutu AS — itu menandai tonggak sejarah penting bagi Jepang, yang belum pernah mencapai kesepakatan tentang kehadiran militer asing sejak perjanjian serupa yang ditandatangani dengan Amerika Serikat pada 1960 atau 60 tahun lalu.
Kesapakatan tersebut terjadi saat kedua negara bekerja lebih dekat dengan Amerika Serikat dan India sebagai bagian dari pengelompokan informal yang dikenal sebagai “Quad” yang berfokus mengawasi segala aktivitas China di Laut China Selatan dan Laut China Timur.
Suga menjamu menteri luar negeri dari Quad di Tokyo bulan lalu sebelum menuju ke Vietnam dan Indonesia untuk memperdalam hubungan dengan negara-negara utama Asia Tenggara.
Merz, yang sedang melakukan pertemuan dengan Letnan Jenderal H. Stacy Clardy, komandan pasukan Ekspedisi Marinir III di Okinawa, mengatakan kerja sama yang lebih besar di kawasan itu tidak ditujukan untuk China.
“Tidak ada upaya untuk menahan China atau siapa pun, kami mencoba menciptakan lingkungan inklusi,” katanya.
China, yang mengatakan niatnya di kawasan itu untuk tujuan damai, menggambarkan pembentukan Quad sebagai “mini-NATO”.
Sekedar diketahui, Organisasi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) dibentuk untuk memberikan keamanan kolektif terhadap Uni Soviet saat itu dan masih dipandang sebagai ancaman oleh Rusia karena diperluas untuk memasukkan beberapa negara Eropa yang sebelumnya merupakan bagian dari Blok Timur.
Perjanjian Jepang-Australia juga mendapat kecaman serupa di China pada hari Selasa, 17 November 2020, dengan surat kabar yang didukung negara itu, Global Times mengatakan Amerika Serikat “menggunakan dua jangkar di kawasan Asia-Pasifik untuk mendorong pembangunan NATO versi Asia.”