CakapCakap – Cakap People! Kita sering dibuat stres dengan tingkah anak ketika sedang marah. Biasanya itu terjadi ketika keinginan anak tidak terpenuhi. Melihat pemandangan anak menangis, menjerit, berguling-giling di lantai, atau bahkan sampai melempar barang yang membahayakan dirinya atau orang di sekitarnya mungkin sering orang tua temui. Mari kita mengenal tantrum manipulatif dan tantrum frustasi.
Tantrum pada anak ini ternyata tidak boleh sembarangan dalam menghadapinya. Karena ada beberapa jenis tantrum yang perlu orang tua ketahui, salah satunya tantrum manipulatif yang dilakukan anak sebagai senjata agar orang tua mau melakukan keinginannya. Simak penjelasan berikut ini:
1. Tantrum Manipulatif
Tantrum manipulatif adalah tindakan yang dilakukan oleh anak-anak ketika keinginannya tidak terpenuhi dengan baik. Ini adalah tantrum yang dibuat-buat oleh anak-anak untuk membuat orang lain memenuhi keinginannya.
Tapi tidak semua anak memiliki tantrum manipulatif. Kebanyakan tantrum satu ini muncul akibat adanya penolakan. Yang harus dilakukan adalah menenangkannya. Bawa anak ke tempat yang lebih tenang, pantau anak dan awasi, bebaskan dia untuk melakukan apa yang dia mau untuk bisa meluapkan emosinya.
Pastikan juga pasangan kamu mampu menguasai emosi agar juga bisa terlihat tetap tenang dalam menghadapi anak yang tantrum.
Jika cara menenangkan belum juga reda, tantrum manipulatif bisa diatasi dengan mengabaikannya, dan jangan ikuti apa yang diinginkan anak.
Selanjutnya alihkan perhatian ke hal yang menarik bagi si kecil. Jika anak sudah tenang, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku seperti tadi tidak bisa diterima dan jelaskan dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh anak. Beri penjelasan yang baik bagaimana seharusnya anak bersikap untuk mendapatkan yang dia inginkan.
2. Tantrum Frustasi
Berbeda dari tantrum manipulatif, tantrum frustasi pada umumnya dikarenakan anak belum mampu mengekspresikan dirinya lebih baik. Anak usia 18 bulan rentan mengalaminya, karena belum bisa bicara dan sulit mengekspresikan perasaannya.
Faktor lain juga mempengaruhi tantrum satu ini. Misalnya ketika si Kecil kelelahan, kelaparan atau gagal melakukan sesuatu.
Cara mengatasinya, para orang tua perlu dekati anak dan membuatnya tenang dan nyaman. Kemudian bantu anak menyelesaikan apa yang tidak bisa ia lakukan. Ketika sudah tenang, jelaskan bahwa perilakunya tadi tidak baik. Lalu ajarkan si Kecil bagaimana meminta tolong yang baik pada orangtua atau orang lain yang anak kenal.
Tidak ada salahnya sesekali memberikan pujian kepada anak jika dia berhasil melakukan sesuatu tanpa tantrum. Intinya, saat anak meminta pertolongan berikan pertolongan dengan lembut dan kasih sayang.
Menghadapi anak tantrum memang menjadi tantangan sendiri bagi para orang tua. Dengan mengetahui kedua jenis tantrum ini, sehingga bisa membedakan sekaligus tahu cara menghadapi anak tantrum. Jika tantrum anak lebih sering dari biasanya, para orang tua sebaiknya segera membawa ke ahli psikologi anak.