CakapCakap – Cakap People! Jangan terlalu banyak makan kacang mete meski itu bergizi, kenapa? Kacang mete termasuk salah satu camilan yang disukai banyak orang karena renyah dan lezat. Kacang yang berasal dari buah jambu monyet atau jambu mete ini juga sering dijadikan tambahan berbagai makanan, seperti cokelat, salad, roti, dan kue.
Mete termasuk kacang pohon yang tumbuh di daerah tropis. Tingginya bisa mencapai 20 meter dan baru bisa dipanen untuk komersial setelah delapan tahun. Bijinya dipisahkan dari buah, kemudian dikeringkan, dibersihkan, disangrai, dikupas, dikemas, lalu dikirimkan ke seluruh dunia dari negara-negara produsen.
Manfaat kacang mete
Kacang mete mengandung banyak nutrisi penting. Kandungan proteinnya tinggi, mencapai 20 gram dalam semangkuk kecil, plus 4 gram serat diet.
“Semuanya membuat kenyang lebih lama dan membantu menstabilkan kadar gula darah,” kata pakar diet dan nutrisi Kristen Smith kepada USA Today.
Kacang ini juga mengandung kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, potasium, seng, tembaga, vitamin C, vitamin K, mangan, niasin, dan folat, menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Nutrisi tersebut bisa meningkatkan kesehatan imun, menyediakan energi, meningkatkan kesuburan, serta membantu mengurangi peradangan dan pengentalan darah.
“Kacang mete juga kaya lemak tak jenuh tunggal yang bisa membantu menurunkan kadar kolesterol jahat LDL dan meningkatkan kesehatan jantung,” ujar Amy Goodson, pakar nutritisi dan diet di Sports Nutrition Playbook.
Selain itu, ada juga kandungan lutein yang baik buat kesehatan mata dan kulit dan bisa menggantikan produk susu untuk berbagai makanan sehingga dipilih kaum vegan. Meski banyak nutrisinya, makan kacang mete tak boleh berlebihan karena kalori yang tinggi.
“Dalam 1 ons kacang mete terkandung 157 kalori, atau sekitar 16-18 butir,” jelas pakar diet dan nutrisi Christine Palumbo.
Sedangkan dalam semangkuk kacang mete terkandung hampir 800 kalori. Kemudian seperti jenis kacang lain, mete juga bisa memicu reaksi alergi pada sebagian orang. Selain itu, kandungan oksalatnya juga tinggi sehingga bisa menambah risiko terbentuknya batu ginjal.