CakapCakap – Cakap People, hingga saat ini polemik kudeta militer di Myanmar belum menemukan titik temu. Bahkan masyarakat di negara itu masih terus melancarkan aksi untuk rasa menolak kudeta.
Setelah tato wajah Aung San Suu Kyi, kini muncul tren demo baru di Myanmar. Aksi unjuk rasa berlangsung semenjak subuh atau sebelum fajar terbit.
Demo Masih Terus Berlanjut
Dilansir Kompas, para demonstran anti-kudeta Myanmar berdemo di Mandalay, yakni kota terbesar kedua Myanmar sedari pagi buta.
Unjuk rasa terbaru itu dilakukan sehari pasca 8 pendemo tewas di tangan militer negara setempat. Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 2.600 orang yang ditangkap, dan telah memakan 250 korban jiwa berdasarkan Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Mereka juga memperingatkan jika jumlah korban tewas sebenarnya dapat jadi lebih tinggi. Bahkan puluhan orang, termasuk guru bersama-sama memenuhi jalanan di Mandalay. Beberapa dari mereka juga membawa plakat yang meminta agar PBB segera turun tangan.
Selain di Mandalay, demo sejak subuh juga berlangsung di Yangon yang merupakan ibu kota perekonomian negara tersebut. Pada Minggu (20/03) lalu, terdapat 8 kematian serta 50 orang-orang terluka.
Para biksu di sana kemudian mengadakan peringatan menyalakan lilin malam, sementara di salah satu pemukiman terjadi insiden baku tembak yang terus-menerus sampai sekitar jam 23.00 waktu setempat. Dalam peristiwa bentrokan yang terjadi di siang hari dengan aparat keamanan di kota Monywa, seorang pria tewas.
Pemegang Paspor Ganda Kanada-Australia Dijadikan Tahanan Rumah
Pemerintah Kanada dan Australia mengonfirmasi jika mereka telah memberikan bantuan konsuler pada dua konsultan bisnis yang ditahan oleh Myanmar.
Christa Avery dan Matthew O’Kane yang memegang paspor ganda Kanada-Australia menjadi tahanan rumah ketika hendak meninggalkan negara tersebut dengan penerbangan bantuan pada Jumat (19/03).
Menurut laporan AFP dilansir laman yang sama, keduanya menjalankan bisnis konsultasi di Yangon. Namun pihak Kemenlu Kanada dan Australia enggan berkomentar lebih lanjut perihal kasus itu.
Kecaman Internasional dari Washington, Brussels, dan PBB sejauh ini masih gagal menghentikan terjadinya pertumpahan darah. Oleh karena itu, sebagai bentuk upaya baru untuk memberikan tekanan diplomatik terhadap para jenderal Myanmar, para Menteri Luar Negeri di Uni Eropa bakal memberikan sanksi Cakap People.