CakapCakap – Cakap People! Setelah pemindahan ibu kota negara disampaikan bakal ada di Provinsi Kalimantan Timur, saat ini ada tiga titik diprediksi akan menjadi lokasi ibu kota, yaitu Samboja di Kabupaten Kutai Kartanegara, Sepaku, dan Penajam di Kabupaten Penajam Paser Utara karena keduanya dekat Balikpapan.
Ketua Pusat Kajian Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah (PKPPKD) Universitas Mulawarman Samarinda Dr Aji Sofyan Effendi meyakini tim pusat akan memilih salah satu dari tiga lokasi ini, bahkan bisa ketiganya untuk pengembangan ke depan karena masing-masing titik merupakan kawasan strategis dan memiliki keunggulan antara lain lahan luas, aman, dan jauh dari pemukiman.
Seandainya ibu kota kemudian diputuskan di Samboja, katanya, maka kawasan Sepaku dan Penajam tetap diuntungkan karena akan menjadi daerah penyangga, bahkan untuk pemukiman pegawai yang diperkirakan sebanyak 1,5 juta jiwa juga lebih tepat diarahkan ke Kabupaten Penajam Paser Utara.
Jika memang untuk perumahan pegawai mengarah ke Penajam, lanjutnya, maka Penajam Paser Utara akan diuntungkan di banyak hal karena adanya percepatan pembangunan infrastruktur dasar yang dimulai dari menyelesaikan pembangunan Jembatan Pulau Balang untuk menghubungkan Balikpapan-Penajam.
“Total anggaran yang akan dialokasikan untuk membangun infrastruktur dasar awal persiapan ibu kota baru ini kan Rp466 triliun secara tahun jamak yang pembangunannya dimulai dari tahun 2021. Anggaran awal yang akan dikeluarkan kemungkinan Rp50 triliun. Inilah salah satunya bisa untuk Jembatan Pulau Balang,” ucap Aji.
Sementara berdasarkan dokumen rencana pemindahan ibu kota Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), dipilihnya Kaltim menjadi ibu kota baru karena memiliki beberapa keunggulan.
Keunggulan itu antara lain memiliki dua bandara besar, yakni Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman di Balikpapan, kemudian Bandara Internasional Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Kota Samarinda.
Selanjutnya terdapat jalan tol Balikpapan-Samarinda, memiliki Pelabuhan Semayang, infrastruktur jaringan energi dan air bersih, struktur demografi heterogen atau sebagian besar penduduknya merupakan pendatang yang tentu lebih terbuka berinteraksi dan menerima perubahan, kemudian masuk Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II.
“Atas berbagai keunggulan ini, maka lokasi ibu kota tidak jauh dari tiga kawasan yang saya sebut tadi. Setelah ibu kota benar-benar pindah, maka infrastruktur dasar akan terpenuhi yang pada akhirnya akan menurunkan Incremental capital rasio (icor) alias produksi, konsumsi dan distribusi barang/jasa mengecil sehingga mampu meningkatkan investasi,” ucap Aji.