CakapCakap – Cakap People! Kabar tewasnya Jenderal Qassem Soleimani menjadi ramai dalam pemberitaan internasional setidaknya sejak pagi hari, Jumat, 3 Januari 2020.
Bagaimana tidak. Komandan pasukan elite Quds Iran itu tewas mengenaskan bersama enam orang lainnya dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat, 3 Januari 2020.
Hanya cincin yang dikenakannya sebagai penanda bahwa dirinya benar-benar tewas karena wajah dan tubuhnya dilaporkan hancur.
Hampir semua situs berita terkemuka dunia memberitakan serangan tersebut.
Presiden AS, Donald Trump telah memerintahkan pasukannya untuk membunuh Soleimani.
My statement on the killing of Qassem Soleimani. pic.twitter.com/4Q9tlLAYFB
— Joe Biden (@JoeBiden) January 3, 2020
Spoke with @HeikoMaas about @realDonaldTrump's decision to take defensive action to eliminate Qassem Soleimani. Germany is also concerned over the Iranian regime’s continued military provocations. The U.S. remains committed to de-escalation.
— Secretary Pompeo (@SecPompeo) January 3, 2020
Lalu, siapakah Qassem Soleimani sebenarnya?
Soleimani sangat populer di dalam dan luar negeri karena memimpin pasukan Pengawal Revolusi Iran dan berperan penting dalam perang di Suriah dan Irak.
Soleimani tercatat menjadi salah satu tokoh sentral dalam menyebarkan pengaruh Iran di Timur Tengah. Nyawanya sering terancam, namun Soleimani selamat dari beberapa upaya pembunuhan oleh agen-agen Barat, Israel dan Arab sebelumnya.
Setidaknya selama dua dekade terakhir, Soleimani menjadi incaran pembunuhan, baik secara terbuka maupun lewat agen intelijen.
Komandan Lintas Negara
Soleimani menjadi kepala Pasukan Quds pada 1998. Dengan jabatannya itu, dia memperkuat hubungan Iran dengan Hizbullah di Libanon serta kelompok milisi Presiden Suriah Bashar al Assad dan kelompok Syiah di Irak.
Dia menjadi pusat perhatian saat muncul bersama Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan para pemimpin Syiah lainnya.
Di bawah kepemimpinan Soleimani, Pasukan Quds memperluas kekuatannya. Dia berhasil meningkatkan pengaruh kuat di bidang intelijen, keuangan, dan politik di luar perbatasan Iran.
Keluarga miskin
Sebenarnya Soleimani berasal dari latar belakang yang sederhana dan lahir dari keluarga miskin di Iran timur.
Sejak berusia 13 tahun, Soleimani sudah mulai bekerja untuk membantu keluarganya, menghabiskan waktu luang dengan mengangkat beban dan menghadiri khotbah Khamenei. Dia juga menjadi saksi langsung dan merasakan revolusi Iran pada 1979.
Soleimani hanya menjalani pelatihan militer selama enam minggu sebelum dikirim bertempur di Provinsi Azerbaijan Barat, Iran seperti dikutip Aljazeera.com, Jumat, 3 Januari 2020.
Saat masa perang Iran-Irak pada 1980-1988, Soleimani dianggap pahlawan nasional karena misi yang dipimpinnya berjalan sukses di perbatasan Irak.
Tokoh Berpengaruh di Irak
Dalam masa pembentukan kembali pemerintah di Irak pada 2005 pasca-jatuhnya Saddam Husein, pengaruh Soleimani meluas ke politik Irak di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Irak Ibrahim al-Jaafari dan Nouri al-Maliki.
Dalam perang saudara di Suriah yang pecah pada 2011, Soleimani memerintahkan beberapa milisi Iraknya ke Suriah untuk membantu pemerintahan Assad.
Upaya pembunuhan
Soleimani pernah dikabarkan tewas beberapa kali, termasuk dalam kecelakaan pesawat 2006 yang menewaskan pejabat militer lainnya di Iran barat laut.
Berikutnya, nyawa Soleimani terancam setelah pemboman 2012 di Damaskus yang menewaskan para pembantu Presiden Suriah Bashar Assad.
Pada November 2015, beredar desas-desus bahwa Soleimani terbunuh atau terluka parah saat memimpin pasukannya bertempur di sekitar Aleppo, Suriah.
Kemudian pada Oktober 2019, Iran mengatakan pihaknya telah menggagalkan komplotan gabungan agen Israel dan Arab untuk membunuh Soleimani. Demikian seperti dikutip dari laman BISNIS, Jumat, 3 Januari 2020.
One Comment
Leave a ReplyOne Ping
Pingback:Balas Kematian Jenderal Qaseem Soleimani, Iran Tembakkan Roket ke Pangkalan Udara AS-Irak - CakapCakap