in

Inilah Mengapa Manusia Cenderung Berperilaku Konsumerisme-Berbelanja Secara Berlebihan

Sederhananya, perilaku ini merupakan sikap kesukaan kita untuk membeli barang sebanyak-banyaknya.

CakapCakap – Cakap People! Satu hal yang menjadi momok bagi kehidupan masyarakat zaman sekarang adalah perilaku konsumerisme. Sederhananya, perilaku ini merupakan sikap kesukaan kita untuk membeli barang sebanyak-banyaknya. Apakah itu aksesoris, kendaraan, pakaian, gadget, ataupun hal lain yang berkaitan dengan kehidupan kita. Kita semakin tidak memperhitungkan fungsi atas barang, tetapi lebih terpikat karena terdapat status yang melekat pada barang tersebut.

Source.

Kita mungkin cukup dengan menggunakan smartphone di kisaran harga dua sampai tiga juta saja karena fungsinya telah memadai. Namun, ada semacam keengganan menggunakan merk tertentu karena lekatnya citra sosial yang rendah tertentu terhadap merk tersebut.

Konsumerisme selalu memaksa kita tidak hanya untuk membeli banyak barang, akan tetapi juga mendorong kita untuk memilih barang yang nilai sosialnya lebih tinggi dari barang yang lain. Perilaku ini akhirnya menjauhkan kita dari pertimbangan-pertimbangan esensial, seperti mempertimbangkan fungsi dan manfaat atas barang yang kita beli.

Bagi Jean Baudrillard, seorang sosiolog asal Prancis, sistem tanda yang hidup di masyarakat memainkan pola konsumsi masyarakat. Citra yang melekat pada sebuah barang membuat barang tersebut hanya sekadar menjadi objek konsumsi. Barang itu seakan tidak memiliki daya guna, melainkan hanya mengandung simbol, status, identitas dan kemewahan yang dapat mengangkat rasa percaya diri si pengguna.

Mungkin karena ada yang disebut sebagai “dignitas” (martabat manusia). Dignitas ini sangat abstrak dan tersimpan di dalam kesadaran setiap manusia. Ini yang kemudian dieksploitasi oleh produsen-produsen penyedia barang dan mengganggu perasaan manusia secara terus-menerus. Akibatnya, orang-orang terus menumpuk barang padahal kebutuhan kesehariannya akan barang sudah memadai. Aspek fungsional dari barang pun semakin terabaikan atas sebab upaya pemenuhan kepuasaan status sosial.

Sederhananya, dasar dari perilaku konsumerisme itu adalah sikap puja-puji terhadap keistimewaan suatu barang akan citra dan statusnya. Selain itu, barangkali, ini merupakan cara untuk melunasi ketidakpercayaan diri manusia akan identitasnya, sehingga manusia membutukan benda-benda tertentu untuk mendongkrak citra dirinya.

Source

Atau jangan-jangan—kita menduga—bahwa manusia sejatinya selalu membutuhkan simbol yang dipuja dan disembah. Jika dulu ada pohon, kuburan, batu, dan benda-benda lain, masyarakat kekinian juga punya kultus terhadap kemasan (package), citra (image), dan media yang menyiarkannya. Belum lagi konsep tentang kemajuan, kebaruan dan perubahan yang mempengaruhi kesadarannya akan kehidupan.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp Pay Bakal Segera Diluncurkan Sebagai Alat Pembayaran Digital

Wow, Donnie Yen Eksekusi Bottle Cap Challenge dengan Mata Tertutup!