Setiap daerah di Indonesia menyimpan kekayaan budaya dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Keberagaman inilah yang kemudian menjadi daya tarik utama dari nusantara kita. Tak ayal, turis mancanegara pun mengakui bahwa keragaman tersebut hanya bisa mereka jumpai di Indonesia. Termasuk di Sulawesi Selatan yang terdiri dari beberapa suku seperti Suku Bugis dan Suku Mangasara. Tidak jauh dari Suku Bugis, kebudayaan yang dimiliki oleh Suku Mangasara juga hampir mirip.
Suku Mangasara merupakan kumpulan orang Mangasara atau mereka yang berasal dari luar dana menetap di Sulawesi Selatan. Nah, ada ritual yang berbeda dari Suku Makassar ini saat merayakan perhelatan seperti pernikahan, perjamuan, hingga kematian. Berikut ini adalah lima ritual adat Suku Makassar yang masih dilestarikan hingga sekarang. Seperti apa uniknya? Simak ya ulasannya berikut ini!
1. Accera Kalompoang
Upacara ini merupakan ritual pencucian pusaka serta benda-benda peninggalan zaman dulu milik Kerajaan Gowa yang disimpan dalam Museum Balla Lompoa. Ritual ini disaksikan oleh para keturunan Raja Gowa yang masih hidup hingga saat ini. Diawali dengan pembacaan surat Al-Fatehah yang dipimpin oleh Anrong Gurua atau sebutan untuk Guru Besar disana.
2. Mappalili
Acara ritual Mappalili dilangsungkan setiap musim tanam padi. Biasanya yang menjalankan ritual ini adalah para pendeta Bugis Kuno atau yang biasa disebut Bissu. Komunitas Bissu tersebar di wilayah Soppeng, Bone, Pangkep, dan Wajo. Ritual Mappalili ini dipimpin oleh Puang Matoa dengan menggunakan katto-katto (sejenis pentungan), untuk memanggil anak lelaki, sedangkan untuk anak perempuan dipanggil dengan kalung-kalung.
3. Adat Perkawinan
Acara perkawinan yang ada di Makassar memiliki banyak tahapan dan upacara adat. Tahapan dimulai dengan A’suro atau melamar mempelai wanita yang kemudian dilanjutkan dengan A’pa’nassar yaitu menentukan hari pernikahan. Adat dilanjutkan dengan Appasilli bunting yaitu siraman dan mencukur bulu halus dari calon mempelai. Acara terakhir adalah Assimorong atau akad nikah, berlanjut dengan mundu mantu hingga menyatukan kedua mempelai.
4. Daur Hidup
Acara ini merupakan proses ritual kelahiran yang biasanya hanya dilakukan saat kehamilan pertama. Ada upacara Anggirang di bulan keempat kehamilan yang kemudian memunculkan pantangan bagi ibu hamil. Setelah tujuh bulan, adat berlanjut dengan Anynyapu battang yaitu pihak keluarga yang mengadakan masak besar. Ritual belum berakhir hingga sang bayi lahir karena ketika kelahiran tiba, ada dukun bayi yang memotong plasenta bayi dan menaruhnya dalam periuk tanah.
5. Ammateang
Secara umum ritual ini sama seperti memandikan jenazah yang meninggal dengan pembacaan ayat suci, hingga dimakamkan ke liang kuburan. Bedanya, saat usai dimakamkan ada kelapa dan airnya masih diletakkan di atas makam. Hal ini sebagai kepercayaan bahwa arwah orang yang telah meninggal masih berkeliaran sehingga rohnya harus juga dilindungi dengan meletakkan payung diatas makam.