CakapCakap – Cakap People! Ketika sejumlah negara menerapkan lockdown atau karantina wilayah untuk mengendalikan penyebaran virus corona (COVID-19), ternyata tak semua warga menerima kebijakan tersebut.
Parahnya lagi, warga di sejumlah negara dunia itu menggelar demonstrasi untuk memprotes penerapan kebijakan karantina. Dengan demikian, muncul kerumunan yang tentunya meningkatkan risiko penularan COVID-19.
Inilah sejumlah demonstrasi yang terjadi di beberapa negara untuk memprotes kebijakan karantina atau lockdown, seperti telah dirangkum oleh Warta Ekonomi dari berbagai sumber, Kamis, 23 April 2020 berikut ini:
1. Amerika Serikat
Meski Amerika Serikat (AS) mencatatkan 819.175 kasus infeksi dan 45.343 kematian akibat corona, BBC melaporkan adanya perlambatan tingkat infeksi di sejumlah negara bagian.
Oleh karena itu, beberapa negara bagian mulai melonggarkan pembatasan, membuka kembali taman, pantai, dan sejumlah usaha kcil dalam beberapa hari mendatang. Namun, penduduk tetap diimbau untuk berdiam diri di rumah.
Tak mengindahkan imbauan itu, pengunjuk rasa justru memenuhi jalan di lebih dari 12 negara bagian AS, yakni: Michigan, Ohio, Karolina Utara, Minnesota, Utah, Virginia, Ketucky, Wisconsin, Oregon, Maryland, Idaho, Texas, Arizona, Colorado, Montana, Washington, New Hampshire, Pennsylvania.
Jumlah pengunjuk rasa beragam, dari lusinan orang di Virginia dan Oregon, sampai ribuan orang di Michigan dan Washington.
Pada Minggu, 19 April 2020, demonstrasi terbesar terjadi, melibatkan 2.500 orang di Ibu Kota Olympia. Parahnya, negara bagian itu merupakan pusat awal wabah COVID-19 di AS.
Menurut mereka, imbauan untuk tinggal di rumah demi mengendalikan penyebaran COVID-19 merupakan reaksi berlebihan.
Mereka menilai, mempertahankan pembatasan aktivitas terlalu lama akan berdampak negatif terhadap ekonomi lokal.
2. Brasil
Sekitar 600 pengunjuk rasa berkumpul di depan markas tentara Brasil pada hari angkatan bersenjata lokal, Minggu untuk memprotes perintah #DiRumahAja yang dikeluarkan oleh gubernur negara bagian. Selain itu, pengunjuk rasa juga menggelar protes di Jalan Rio de Janeiro, Sao Paulo, dan Brasilia.
Para pengunjuk rasa meminta militer ikut bertindak dalam penanganan COVID-19 dan memprotes kebijakan karantina yang dibuat oleh Mahkamah Agung dan kongres, mengutip laporan Aljazeera.
Parahnya, Brasil mencatatkan kasus infeksi corona tertinggi di Amerika Latin, lebih dari 43.300 dan 2.761 kasus kematian hingga hari ini, dilansir dari Worldometers.
Meski jumlah itu terbilang kecil jika dibandingkan dengan total 211 juta populasi, penyebaran corona diprediksi tak akan berhenti sampai Mei.
3. Jerman
Berbeda dengan AS dan Brasil, Pengadilan Konstitusi Jerman mengizinkan unjuk rasa terhadap pembatasan aktivitas akibat corona, di Kota Giessen, dekat Frankfurt dan Berliner Platz di pusat kota pada 16-17 April lalu.
Namun, pihak berwenang hanya mengizinkan aksi dengan 15 peserta.
Para pengunjuk rasa juga mesti memakai masker dan menjaga jarak setidaknya 1,5 meter satu sama lainnya, waktu unjuk rasa pun dibatasi hanya satu jam, menurut laporan DW.
Karena syarat itu, penyelenggara mengatakan akan merekam protes melalui pesan audio, lalu diputar ketika unjuk rasa berlangsung.
4. Filipina
Pada awal April 2020, lusinan penduduk tidak mampu berkumpul di Metro Manila untuk menuntut bantuan makanan dan pasokan sembako selama karantina diterapkan. Namun, polisi membubarkan protes dan menangkap setidaknya 20 orang.
Bahkan, Presiden Rodrigo Duterte memerintahkan polisi untuk menembak mati para perusuh yang memprotes terhadap pemerintah.
Berbeda dengan penduduk AS, para pengunjuk rasa di Quezon City mencoba menyuarakan rasa frustrasi kaum miskin kota terhadap kelambatan pemerintah dalam menangani corona, kata kelompok pengunjuk rasa lokal, dilansir dari Benarnews.
Pada pekan yang sama dengan unjuk rasa, Duterte mengumumkan paket stimulus ekonomi senilai 200 miliar peso (sekitar Rp61,6 T) yang secara khusus ditujukan kepada kaum miskin.
5. India
Di India, kelompok buruh migran yang terdampar di Mumbai berkumpul di stasiun kereta Bandra, Selasa, 14 April 2020.
Mereka memprotes perpanjangan karantina wilayah dan meminta boleh kembali ke desanya masing-masing.
Sebelumnya, lebih dari 1.000 pekerja migran yang mayoritas berasal dari negara bagian Orissa, berunjuk rasa di Kota Surat untuk menuntut upah yang belum dibayar.
Tak hanya itu, mereka juga minta disediakan transportasi untuk kembali ke kampung halaman, melansir laporan Financial Times.