in ,

Ini Besaran Risiko Tertular Virus saat Berada di Pesawat, Termasuk Virus Corona

Partikel penyebab sakit yang menyebar saat seseorang terinfeksi berbicara, bersin, batuk atau bahkan bernapas tak akan tersebar lebih dari satu meter.

CakapCakapCakap People! Para ilmuwan menilai penyebaran penyakit akibat virus corona sama seperti penyakit pernapasan lainnya, misalnya influenza. Meski virus ini masih harus dipelajari lebih lanjut.

Virus corona bisa menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang lainnya misalnya dari batuk, bersin, atau dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi kemudian menyentuh mulut, hidung atau kamu sebelum mencuci tangan.

Lalu, jika kamu bepergian menggunakan pesawat dan di dalam pesawat itu ada penumpang yang sakit (diduga penyakit yang berhubungan dengan pernapasan), seberapa besar risiko kamu tertular?

Ilmuwan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, pernah mengungkapkan, duduk pada jarak satu atau dua kursi di samping, belakang, atau depan dari penumpang sakit bisa membuat Anda tertular sekitar 80 persen.

Di luar radius itu, peluang kamu tertular turun menjadi hanya sekitar tiga persen, karena hembusan udara dari bersin dan batuk biasanya tidak terbang lebih jauh dari itu, menurut profesor biostatistik dan bioinformatik dari Emory University, Amerika Serikat, Vicki Stover Hertzberg.

Partikel penyebab sakit yang menyebar saat seseorang terinfeksi berbicara, bersin, batuk atau bahkan bernapas tak akan tersebar lebih dari satu meter.

Menurut dia, seperti dilansir laman Health, udara yang disirkulasi ulang dalam pesawat membuat virus lebih mungkin menyebar ke seluruh kabin adalah anggapan salah.

Namun, satu faktor yang perlu dipikirkan, adalah pramugari atau pramugara yang terus bergerak di sekitar kabin dan menyentuh makanan dan minuman.

Anggota kru yang sakit lebih kecil kemungkinannya untuk bekerja daripada yang sehat, tetapi jika mereka melakukannya, maka mereka cenderung menginfeksi 4,6 orang per penerbangan.

Laman Business Insider mencatat, kursi di dekat jendela adalah pilihan terbaik untuk kesehatan kamu. Salah satu alasannya, lebih sedikit penumpang di kursi itu yang beranjak dari kursi selama penerbangan, yakni 43 persen, dibandingkan orang yang duduk di kursi tengah (62 persen) dan kursi di dekat lorong (80 persen).

Sebaliknya, orang yang duduk di dekat lorong merasa lebih bebas bergerak di pesawat dan ini artinya dia lebih berisiko bertemu kuman-kuman yang dibawa orang lain.

Namun, duduk di dekat jendela tak berarti sepenuhnya membuat kamu aman dari penyakit. Partikel flu misalnya bisa menjelajah enam kaki dari orang yang terinfeksi, dan bertahan hingga 24 jam di permukaan keras.

Jadi, penting untuk membiasakan cuci tangan menggunakan air dan sabun serta menjaga sistem kekebalan tubuh kamu. 

Semakin lama terbang makin berisiko

Peneliti menghitung durasi berada di dalam pesawat empat hingga lima jam, tanpa sirkulasi udara apa pun, sebagai jangka waktu yang lama.

Hertzberg mengakui, semakin lama durasi penerbangan, semakin tinggi risiko penularan.

“Semakin lama kamu berada di udara, semakin banyak orang bergerak di sekitar; menggunakan kamar mandi, meregangkan kaki, makan,” kata dia.

KANTOR BERITA ANTARA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Yusaku Maezawa: Miliarder Jepang Ini Batal Cari Pasangan untuk Diajak Keliling Bulan, Ini Alasannya!

Jumlah Kematian Meningkat, Wabah Virus Corona Sudah Menyebar ke Setiap Wilayah Daratan China